Selasa, 14 Juli 2009

Menunggu Datangnya Umur Baruku ...

14 Juli 2009 (23:20:17)

Waktu terus berjalan dan terus berjalan dan tidak terasa beberapa jam lagi aku akan meninggalkan umurku yang lama dan menggantinya dengan umur yang baru. Umur yang telah lama menunggu dan ditunggu selama 1 tahun lamanya. Harapanku ... Semoga Di umur ku yang baru ini aku menjadi lebih baik, lebih berbakti kepada semua orang tuaku dan insyaallah dapat membuatnya bahagia lahir dan bathin. Ya Allah SWT jadikanlah Aku orang yang baru seperti bayi yang baru lahir kr dunia ini. AKU BISA ... AKU PASTI BISA ...

Sabtu, 30 Mei 2009

... ... ...

Bingung mau melakukan apa malam ini, semua rencana yang disusun dengan rapi menjadi berantakan. Mau melakukan sesuatu yang baru juga tidak bisa karena sedang menunggu sesuatu yang telah lama ditunggu yang tak kunjung ada khabarnya sampai saat ini

Senin, 04 Mei 2009

Tetap Sama

Setelah menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah, sepertinya setiap hari aktivitasku sama-sama aja, di bilang jalan ke depan dan ke belakang pun tidak. Setiap hari kerjaannya hanya bangun pagi baca koran, sarapan belajar (pi enda tahu belajar untuk apa lagi), makan siang, ibadah, olahraga, malam main kartu sampai pagi begitu-begitu saja. Yah mudahan ssaja dari semuanya ini ada hikmahnya. AMien

Rabu, 15 April 2009

The Best vs 1st

Selalu ada kompetisi dalam segala hal dan segala bidang di setiap kehidupan manusia sehari hari, penulis teringat akan penyampaian sebuah pesan singkat dalam media elektronik televise yang mengatakan “Kalau kita tidak bisa menjadi yang terbaik maka, jadilah yang pertama”. Dalam melakukan perjalanan menjadi yang terbaik dan menjadi yang pertama tidaklah terlalu mudah, semua harus dilalui dengan penuh keringat dan pengorbanan waktu yang panjang.

Rabu, 08 April 2009

Panas

Semangkin hari semangkin panas aja cuaca di kalimantan timur, apakah seperni ini rasanya pemanasan global. PUANAS banget. selain itu selama saya dalam perjalanan liburan dimana-mana pasti ada proses pembukaan tambang baru. Apa sih sebenarnya yang di inginkan manusia di muka bumi ini

Jumat, 20 Maret 2009

Tanah Grogot

Tanah Grogot adalah salah satu kota di Provinsi Kalimantan Timur, sangat indah dan menawan serta sejuk sekali cuaca di kota ini, tetapi ... itu di tahun 2007. Dan sekaranh huiiiiiiii PUANAS sekali dan saya rasa itu adalah sebagai dampak dari pemanasan global dan yang paling menonjol banyak pembukaan pit tambang baru. PANAAAAAAASSSSSS

Selasa, 10 Maret 2009

Di Antara Sebuah Harapan

Membentuk sebuah kepribadian manusia yang mandiri dan bermental kuat tidaklah mudah, pasti melalui lika-liku perjalanan dan panjang. Menyelamatkan lingkungan hidup tidaklah mudah dan semua itu butuh keringat dan pengorbanan yang sangat panjang. Tak jarang kita selalu di tolak dan dihina oleh sebagian orang demi menjaga idealisme kita dalam menjaga agar bumi ini tetap hijau dan damai.

Andaikan bisa, aku berharap akan selalu mengabdikan diriku sebagai relawan lingkungan...sampai sempuku dan sampai menjelang nafas terakhirku. Aku kecewa ketika mereka merampas hak atas lingkungan hidup demi kekayaan pribadi, aku kecewa kepada mereka yang selalu melupakan bahwa manusia adalah bagian dari satu kesatuan dalam ekosistem alam. dan aku sangat kecewa kepada mereka yang tidak perduli terhadap lingkungan.


Jumat, 06 Maret 2009

Lembaga Jaringan Kerja Tajuk Hijau Indonesia

Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan Lembaga Jaringan Kerja Tajuk Hijau Indonesia

Lembaga Jaringan Kerja Tajuk Hijau Indonesia didirikan pada tanggal 13 Mei 2003 dengan Badan Pendiri:
  1. Herry Kurniawan, S.Hut., M.P.
  2. Sutarni Arifin, S.Hut.
  3. Ardiansyah Alwi, S.Hut.
  4. Andang Suryana Soma, S.Hut., M.P.
  5. Bram Karana, S.Hut.
  6. Rusli Djamaluddin, S.Hut.

Adanya kekhawatiran akan kerusakan yang makin parah terhadap hutan Indonesia khususnya wilayah Timur Indonesia. Pada Saat didirikan kerusakan hutan di Indonesia sudah parah khususnya hutan Kalimantan. Dengan Latar Belakang pendidikan kehutanan yang dimiliki dan kemampuan untuk mengoperasikan software Sistem Informasi Geografis, maka kami ingin menyusun suatu data base kehutanan seluruh Indonesia dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berupaya untuk menyelamatkan Hutan Indonesia.

Sistem Informasi Geografis atau disingkat dengan SIG (Geographical Information System) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mampu menghasilkan informasi angka maupun peta yang aktual. SIG memiliki kemampuan memvisualisasikan suatu informasi yang berguna untuk merencanakan, mengelola, serta memantau perkembangan suatu pekerjaan gografis. SIG digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur, mentransformasi, memanipulasi dan menganalisis data-data yang erat kaitannya dengan bidang-bidang spasial dan geo-informasi. SIG sudah dapat diaplikasikan di berbagai bidang dan disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan permukaan bumi, perencanaan wilayah, pembangunan kota, real estate, kehutanan, pertanian, transportasi samapai bidang ekonomi dan bisnis.

Terkait dengan bidang kehutanan dan pertanian, SIG bermanfaat untuk inventarisasi, manajemen dan kesesuaian lahan (pertanian, kehutanan dan perkebunan), perencanaan tata guna lahan, analisi daerah rawan bencana alam serta analisis dan pemantauan daerah-daerah kebakaran hutan. Hal tersebut menjadikan aplikasi GIS sangat penting untuk pengelolaan kawasan hutan dan lahan pertanian

KEGIATAN YANG TELAH TERLAKSANA DAN RENCANA KEGIATAN

Training/Pelatihan:
  • Pelatihan Pemetaan Digital bekerjasama dengan jurusan Kehutanan Universitas Hasanuddin (dilaksanakan pada bulan Juli 2003, Makassar)
  • Pelatihan Pemetaan Digital bekerjasama dengan jurusan Kehutanan Universitas Hasanuddin (dilaksanakan pada bulan Desember 2003, Makassar)
  • Pelatihan Pemetaan Digital bekerjasama dengan jurusan Kehutanan Universitas Hasanuddin (dilaksanakan pada bulan Juni 2004, Makassar)
  • Pelatihan Pemetaan Digital (dilaksanakan pada bulan Maret 2007, Jakarta)
  • Pelatihan Pemetaan Digital (dilaksanakan pada bulan Mei 2007, Jakarta)
  • Pelatihan Pemetaan Digital (dilaksanakan pada bulan Juni 2007, Jakarta)
  • Pelatihan Pemetaan Digital (dilaksanakan pada bulan Agustus 2007, Jakarta)
  • Pelatihan Pemetaan Digital (dilaksanakan pada bulan Desember 2007, Jakarta)
  • Pelatihan Pemetaan Digital (dilaksanakan pada bulan Februari 2008, Jakarta)
  • Pelatihan Pemetaan Digital (dilaksanakan pada bulan Maret 2008, Jakarta)
Diskusi dan Seminar :
  • DIALOG INTERAKTIF BAWAKARAENG DULU, SEKARANG DAN AKAN DATANG (dilaksanakan pada tanggal 28 April 2004 di Aula Karaeng Galesong Pemda Kabubaten Gowa)
Penelitian*
  • Penelitian yang pernah dan masih ingin dilanjutkan adalah pemetaan penyebaran Anoa di Sulawesi Selatan (Pegunungan Latimojong)
  • Penyebab Pendangkalan Danau Tempe
  • Danau Tempe sebagai salah satu sumber pembangkit listrik di Sulawesi Selatan
  • Investigasi illegal logging dan penjualan hasil hutan yang illegal antara perbatasan Kalimantan Timur Indonesia dengan Malaysia bagian Sabah dan Serawak*
Penerbitan Majalah Hutan dan Kehutanan Indonesia*
  • Menerbitkan majalah hutan dan Kehutanan Indonesia yang berisi informasi tentang kondisi kehutanan Indonesia dilengkapi dengan data-data yang akurat.
  • Menginformasikan kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Jaringan Kerja Tajuk Hijau IndonesiaForum diskusi masalah kehutanan dan Sistem Informasi Geografis bidang Kehutanan
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan*
  • Melakukan survei desa-desa yang membutuhkan pendampingan untuk melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat (aspek ekonomi, sosial, religi dan budaya setempat)
Advokasi Masyarakat Sekitar Hutan*
  • Melakukan advokasi terhadap masyarakat sekitar hutan seluruh Indonesia yang telah dirampas haknya baik oleh pemerintah dan juga oleh pihak swasta (pengusaha dan perusahaan).
Keterangan :
* : Belum Terlaksana


STRUKTUR ORGANISASI

A. Dewan Pembina
  • Dr. Ir. Roland Barkey (Staf Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)Ir. Baharuddin (Staf Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)
Dewan Pengurus
B. Direktur Eksekutif
  • Rusli Djamaluddin, S.Hut., M.P. (Manajemen Kehutanan Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada)
C. Sekretaris
  • Zulkarnain, S.Hut., M.P. (Konservasi Sumber Daya Alam Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin)
D. Koordinator Pengembangan dan Pemberdayaan Lembaga
  • Muh. Assegaf, S.Hut.,M.P. (Kehutanan Universitas Hasanuddin, Teknologi Hasil Hutan)
E. Koordinator Program Penelitian
  • Wahyudi, S.Hut. (Kehutanan Universitas Hasanuddin, Konservasi Hutan)
F. Peneliti
  1. Bram Karana, S.Hut. (Kehutanan Universitas Hasanuddin, Teknologi Hasil Hutan)
  2. Ardiansyah Alwi, S.Hut. (Kehutanan Universitas Hasanuddin, Teknologi Hasil Hutan)
  3. Sulkhan Nur Rahman, S.Si (Geografi Universitas Gadjah Mada, Hidrologi)
  4. Mukrimin, S.Hut., M.P. (Konservasi Sumber Daya Alam Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin)
  5. Andang Suryana Soma, S.Hut.,M.P. (Konservasi Sumber Daya Alam Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin)
  6. YB. Anang Tri Nugroho, S.Si (Geografi Universitas Gadjah Mada, Penginderaan Jauh)
  7. Perdhana Putra, S. Hut (Konservasi Sumber Daya Alam Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman)
G. Perpustakaan dan Dokumentasi
  • Muh. Iqbal, S.H (Hukum, Universitas Sumatera Utara)
H. Staf Umum dan Keuangan
  1. Herry Kurniawan, S.Hut., M.Si (Konservasi Sumber Daya Alam Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin)
  2. Sri Sutarni Arifin, S.Hut., M.P. (Konservasi Sumber Daya Alam Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin)

Kamis, 05 Maret 2009

Uang

Aku paling membenci kalau ada teman baik itu laki-laki maupun perempuan jikalau di pikirannya hanya ada uang aja. Sebel banget menghadapi mereka semua. Apalagi kalau bertemu dan berkenalan dengan perempuan matre, malas sekali rasanya bertemu dengan mereka. Palinganmereka itu kalau ada uang abang ku sayang dan kalau tidak ada uang abang ku tendang seperti lagunya siapa ya?. Memang uang itu penting tapi buat apa kalau ada uang tapi tidak bisa bahagia. Dan palingan juga mereka-mereka yang matre itu BANGSAT! semuanya.

Selasa, 03 Maret 2009

Populasi dan Penyebaran Gajah Kalimantan

Sebaran Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) terbatas di bagian Timur laut Pulau Borneo. Di wilayah Sabah (Malaysia) yang telah di data, terdapat lima populasi habitat Gajah Kalimantan. Di wilayah Kalimantan Timur hanya terdapat satu lokasi populasi Gajah Kalimatan yaitu di Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan (BKSDA Kalimantan Timur & WWF Indonesia). Sutedja (2006) menyebutkan bahwa perkiraan awal ada 1.000 ekor Gajah Kalimantan dimana sekitar 45-65 ekor gajah di antaranya berada di Sebuku.

Gajah Kalimantan terdeteksi di 12 desa yang berada di daerah aliran Sungai Sebuku. Dimana 4 desa diantaranya yaitu Desa Sekikilan, Desa Kalunsayan, Desa Semunad dan Desa Salang (BKSDA Kalimantan Timur; WWF Indonesia)

Berdasarkan perhitungan populasi minimum yang viable, gajah akan dapat bertahan sampai 100 tahun lebih bila dalam satu populasi gajah dapat mencapai 500 ekor. Setiap keluarga gajah memiliki wilayah jelajah (home-range) yang dipertahankan minimum seluas 165 km² pada hutan primer dan 60 km² di hutan sekunder. Sumber air merupakan faktor penentu dalam penyebaran gajah. Karena itu, home-range gajah overlay dengan daerah aliran sungai. Tempat istirahat gajah umumnya sama dengan lokasi tempat gajah mencari makan (Sinaga, 2000).

1 Penyebaran Gajah Berkelompok

Penyebaran kawanan gajah berkelompok adalah di daerah aliran Sungai Agison, Sungai Sibuda bagian Barat, Sungai Apan dan Sungai Tampilon di sebelah Timur. Gajah berkelompok sering terlihat di bagian hulu daerah aliran Sungai Agison dan jarang terlihat di bagian tengah dan hilir. Gajah menggunakan sepanjang daerah hulu Sungai Agison ke perbatasan Sabah dan ke Selatan. Lembah Sungai Sibuda dan anak sungainya kemungkinan menjadi daerah yang sering didatangi oleh gajah berkelompok. Home-range gajah berkelompok mencapai sekitar 5 km ke sebelah Utara Sungai Tulid (Wullfraat, 2007).

2. Penyebaran Gajah Soliter


Gajah Soliter adalah gajah yang berkeliling tanpa kawanan gajah lainnya tetapi hanya sendirian atau sesekali bersama-sama dengan kawanan dengan jenis kelamin yang sama. Kisaran jelajah gajah soliter jauh lebih luas daripada gajah berkelompok dan mereka secara periodik pergi ke daerah yang sebelumnya hampir tidak pernah didatangi oleh gajah lainnya. Gajah jantan soliter yang mengembara lebih sering terlihat daripada gajah berkelompok, karena gajah soliter sering memasuki kawasan yang secara intensif dipakai oleh manusia. Jumlah total jantan soliter jantan ini tidak terlalu tinggi, paling banyak mencapai 10-20 ekor. Ada beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa jumlah gajah bertambah. Ini didasarkan pada fakta bahwa gajah jantan soliter sering terlihat di bagian Selatan daerah Sebuku (Wullfraat, 2007).

Kode Etik Rimbawan

Rimbawan adalah seseorang yang mempunyai pendidikan kehutanan dan atau berpengalaman di bidang kehutanan dan terikat oleh norma-norma sebagai berikut:
  1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Menguasai, meningkatkan, mengembangkan dan mengamalkan ilmu dan teknologi berwawasan lingkungan dan kemasyarakatan yang berkaitan dengan hutan dan kehutanan
  3. Menghargai dan melindungi nilai kemajemukkan sumber daya hutan dan sosial budaya setempat.
  4. Menjadi pelopor dalam setiap upaya pendidikan dan penyelamatan lingkungan dimanapun dan kapanpun Rimbawan berada.
  5. Bersikap objektif dalam melaksanakan segenap aspek kelestarian fungsi ekonomi, ekologi dan sosial hutan secara seimbang dimanapun dan kapanpun bekerja dan berdarma bakti
  6. Berperilaku jujur, bersahaja, terbuka, komunikatif, bertanggung-gugat, demokrasi, adil, ikhlas dan mampu berkerja sama dengan semua pihak sebagai upaya dalam mengembangkan profesinya.
  7. Beersikap tegar, teguh dan konsisten dalam melaksanakan segenap bidang gerak yang diembannya, serta memilki kepekaan, proaktif, tanggap, dinamis dan adaptif terhadap perubahan lingkungan strategis yang mempengaruhinya baik di tingkat lokal, nasional, regional dan global.
  8. Mendahulukan tugas Rimbawan dan kepentingan umum (public interest) saat ini dan generasi yang akan datang di atas kepentingan-kepentingan lain.
  9. Menempatkan hutan alam sebagai bagian dari upaya mewujudkan martabat dan integrasi bangsa di tengah bangsa-bangsa lain sepanjang zamamn.
  10. Menjunjung tinggi dan memelihara jiwa KORSA Rimbawan.

Cobaan

Huh (menghembus napas panjang). Banyak sekali godaan hari ini yang akan membuat saya marah, ya TUHAN aku berharap aku dapat membendungnya dengan segala kekuatan yang aku miliki dengan segala cobaan yang selalu datang setiap saat. Sabar... Sabar... Sabar... . Hai! SETAN amarah jangan pernah menggoda aku! Aku tidak menyukai kemarahan, karena itu akan membuang-buang waktuku dan akan menguras tenaga dan pikiranku dengan cepat. Pergilah kalian semuanya. Jangan Pernah hadir di dalam kehidupanku. Aku MUAK! dengan kalian. DAMAI kan hati dan DAMAI kan jiwaku ya Allah SWT. Amien ...

Minggu, 01 Maret 2009

Perbedaan Gajah Kalimantan dengan Gajah Sumatera

Dapat kita lihat gambar di atas. Gambar sebelah kiri adalah gambar Gajah Kalimantan dan sedangkan pada Gambar sebelah kanan adalah gambar Gajah Sumatera.

Gajah Kalimantan:
  • Ukuran tubuh lebih kecil daripada Gajah Sumatera
  • Telinga lebih besar
  • Bentuk tubuh lebih membulat
  • Ekor lebih panjang dan nyaris menyentuh tanah dan
  • Gading Lurus
Gajah Sumatera:
  • Ukuran tubuh lebih besar daripada Gajah Kalimantan
  • Telinga lebih kecil
  • Bentuk tubuh lebih ramping
  • Ekor tidak lebih panjang dan tidak nyaris menyentuh tanah dan
  • Gading melengkung

Sekilas Mengenai Gajah Kalimantan

B. Klasifikasi dan Morfologi Gajah Kalimantan
1. Klasifikasi

Secara taksonomis, dari berbagai sumber (BKSDA Kalimantan Timur; WWF Indonesia, 2006; Kerala News, 2006; E-Smart School , 2006; Wardhana, 2006) menyebutkan klasifikasi Gajah Kalimantan yaitu sebagai berikut:
  • Regnum : Animalia (Metazoa)
  • Sub Regnum : Eumetazoa
  • Super Phylum : Bilateria: Deuterostomia
  • Phylum : Chordata
  • Sub Phyllum : Vertebrata
  • Classic : Mamalia
  • Sub Class : Theria
  • Infraclassic : Placentalia
  • Ordo : Proboscidea
  • Sub Ordo : Ruminantia
  • Infra Order : Pecora
  • Familia : Elephantidae
  • Sub Familia : Elephantidae
  • Genus : Elephas
  • Species : Elephas maximus
  • Sub-Species : Elephas maximus borneensis
Gajah Kalimantan diberi nama Bornean Pygmy Elephant karena bentuk tubuhnya yang kecil daripada gajah lain. Dari tinggi badan, sub-spesies baru ini adalah kira-kira lebih pendek dari pada gajah lain. Gajah jantan memiliki tinggi badan antara 1,7 hingga 2,6 meter, dan tinggi badan gajah betina antara 1,5 hingga 2,5 meter (Rashid, 2003). Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) berkulit abu-abu kehitaman (Harto, 2006). Menurut Wullfraat (2006) Gajah Kalimantan terisolasi sekitar 300.000 tahun lalu dari Gajah Asia dan Sumatera. Gajah Kalimantan berevolusi menjadi lebih kecil, kuping membesar, belalai dan gadingnya memanjang. Gajah Kalimantan adalah sub-spesies Gajah Asia yang berbeda dengan Gajah Sumatera. Dapat dikatakan bahwa jenis ini merupakan Gajah endemik pulau Kalimantan.

2. Morfologi
Gajah Kalimantan diberi nama Bornean Pygmy Elephant karena bentuk tubuhnya yang kecil daripada gajah lain. Dari tinggi badan, sub-spesies baru ini adalah kira-kira lebih pendek dari pada gajah lain. Gajah jantan memiliki tinggi badan antara 1,7 hingga 2,6 meter, dan tinggi badan gajah betina antara 1,5 hingga 2,5 meter (Rashid, 2003). Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) berkulit abu-abu kehitaman (Harto, 2006). Menurut Wullfraat (2006) Gajah Kalimantan terisolasi sekitar 300.000 tahun lalu dari Gajah Asia dan Sumatera. Gajah Kalimantan berevolusi menjadi lebih kecil, kuping membesar, belalai dan gadingnya memanjang. Gajah Kalimantan adalah sub-spesies Gajah Asia yang berbeda dengan Gajah Sumatera. Dapat dikatakan bahwa jenis ini merupakan Gajah endemik pulau Kalimantan.

Elephas maximus borneensis

Studi Jejak Kaki Gajah Kerdil Kalimantan (Elephas maximus borneensis) Di Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur

Abstrak
Perdhana Putra, Studi Jejak Kaki Gajah Kerdil Kalimantan (Elephas maximus borneensis) Di Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur. (Di bawah bimbingan Albert L.aston Manurung, M. For dan Rustam, MP).

Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan hutan Sebuku, dekat Desa Sebuku, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari jejak kaki gajah yang hidup bebas di alam (hutan) di Pulau Borneo khususnya Kalimantan Timur sebagai langkah awal untuk program konservasi populasi Gajah Kalimantan.

Luas total kawasan penelitian seluruhnya adalah 910 km. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive dengan perhatian khusus dilakukan pada tempat dengan kemungkinan besar untuk menemukan jejak kaki gajah, wilayah tersebut seperti pinggir sungai atau anak sungai, di sekitar tempat berkubang dan beristirahat atau tempat tidur gajah, jalur perjalanan gajah, tempat sumber mineral, dan tempat minum gajah, pohon tempat menggosok badan setelah gajah berkubang, di sekeliling bekas pohon pakan dan tempat mengasah gading. Setiap jejak yang ditemukan di alam bebas dipelajari ciri-ciri dan bentuk fisiknya kemudian diukur dan dicatat (panjang, lebar dan kedalaman jejak kaki) dan dihitung berapa banyak jejak kaki yang ditinggalkan oleh gajah serta didokumentasikan. Dalam pengidentifikasian jejak kaki berdasarkan kondisinya, dengan melakukan analisis keadaan jejak yang meliputi ukuran, bentuk dan lokasi. Dari jejak gajah yang ditemukan bisa dikenali ukuran jejak, berat badan dan usia dari gajah pembuat jejak.

Data penelitian ini diperoleh dari 9 (sembilan) tempat yang berada di dalam kawasan hutan Sebuku diantaranya ditemukan di kawasan hutan Sebuku dekat Desa Semunad, Sekikilan, Kalunsayan, Tembalang dan Salang. Di bagian Utara dari kawasan, jejak kaki juga ditemukan pada hulu Sungai Agison, Sungai Sibuda, Sungai Apan dan Tampilon. Di luar kawasan jejak ditemukan di SP-I, SP-II dan kawasan perkebunan kelapa sawit PT. KHL (Karang Joang Hijau Lestari). Total jejak yang dapat digunakan sebagai dasar dalam perhitungan jejak kaki adalah sebanyak 38 sampel jejak dan dianalisiskan menjadi 18 jejak kaki sebagai dasar perhitungan dalam estimasi populasi gajah di kawasan hutan Sebuku.

Jejak yang ditemukan sebagian besar merupakan jejak kaki gajah jantan muda dengan jumlah jejak kaki depan sebanyak 10 jejak kaki dan jumlah jejak kaki belakang sebanyak 9 jejak kaki. Sedangkan jejak kaki gajah jantan dewasa sebanyak 1 jejak kaki depan dan belakang dan pada jejak kaki gajah betina dewasa hanya ditemukan 1 buah jejak kaki depan. Berikutnya pada jejak kaki gajah anak ditemukan sebanyak 1 jejak kaki.

Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh rentang ukuran antara panjang dan lebar kaki depan dan belakang untuk setiap kelas umur. Ukuran rata-rata panjang jejak kaki depan individu dewasa adalah 53 cm dengan interval 51-55 cm, lebar rata-rata 41,5 cm dengan interval 41-42 cm dan untuk panjang jejak kaki belakang adalah 58 cm dan lebar rata-rata jejak kaki belakang kelas umur dewasa adalah 43 cm, Panjang jejak kaki depan individu remaja adalah 42 cm dengan interval 35-49 cm, lebar rata-rata 30,7 cm dengan interval 18-39 cm dan untuk panjang jejak kaki belakang adalah 43 cm dengan interval 39-48 cm dan lebar rata-rata jejak kaki belakang kelas umur remaja adalah 32,25 cm dengan interval 28-38 cm dan ukuran rata-rata panjang jejak kaki belakang individu anak adalah 16 cm dan lebar rata-rata jejak kaki belakang kelas umur anak adalah 12 cm.

Hasil ukuran kaki antara jantan dan betina kurang lebih sama, tetapi berdasarkan jejak gajah yang teramati dan dipelajari di alam bebas, ditemukan perbedaan pertambahan jejak kaki pada jejak gajah betina yaitu disekeliling jejak kaki gajah betina dewasa selalu ada jejak kaki gajah lain di dekatnya. Karena pada umumnya gajah betina selalu berkelompok dan bila memiliki anak, anak gajah selalu berada tidak jauh dari induknya sampai dengan umur ± 2 tahun (jantan), dan bila anak gajah betina maka akan selalu mengikuti induknya, sehingga dapat diketahui jenis kelamin gajah pembuat jejak dengan melihat jejak yang ditinggalkannya.

Jejak kaki depan dan jejak kaki belakang dapat dibedakan dengan bentuk cetakan jejak pada tanah. Jejak kaki depan menyolok lebih besar (lebih bulat) daripada jejak kaki belakang berbentuk melonjong dan ukuran jejak kaki depan lebih besar daripada jejak kaki belakang.

Proses inventarisasi dilakukan pada jenis tanah yang bertekstur teguh/kuat karena paling baik dalam pengambilan sampel jejak kaki (misalnya: lantai hutan), sedangkan pada tanah yang bertekstur lemah (misalnya: pasir dan tanah berliat) sebaiknya tidak diambil dalam sampel karena kondisi tanahnya tidak cukup bagus.Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada jenis permukaan tanah. Pengukuran jejak yang ideal dilakukan pada lantai hutan yang berstekstur kuat atau teguh.

Selama dilakukannya pengamatan secara langsung di alam, ditemukan beberapa pola umum jejak kaki gajah yang ditinggalkan di alam, tingkah laku yang dapat teramati dan dilakukan oleh gajah pada umumnya adalah sebanyak 3 (tiga) macam yaitu setengah berlari, berjalan dan berlari, jejak setengah berlari memiliki kerapatan jejak langkah lebih dari 1 m, jejak berjalan dengan kerapatan jejak langkah kaki yang sekitar ± 1 m dan jejak berlari dengan kerapatan jejak langkah kaki ± 2,5-3 m.

Hingga saat ini, masih sangat sukar membuat perkiraan yang tepat mengenai jumlah gajah di daerah Sebuku. Sejauh ini, penghitungan langsung individu gajah dalam kawanannya sangat sedikit dilakukan, dan kawanan gajah selalu bergerak setiap waktu, baik dalam daerah Sebuku maupun di antara Sabah bagian selatan dan bagian hulu Sebuku. Populasi dalam semua kawasan beragam sepanjang tahun. Ada beberapa indikasi yang menunjukkan jumlah gajah bertambah. Namun berdasarkan pendugaan populasi gajah berdasarkan jumlah jejak kaki melalui perubahan perbandingan sebelum dan sesudah pengeluaran individu, hanya terdapat 3 ekor gajah di dalam kawasan hutan Sebuku.

Jadi dapat disimpulkan dalam kawasan hutan Sebuku dengan luasan total 910 km2 terdapat tiga ekor gajah, yang masing-masing gajah menempati luasan kawasan 303.3 km2/ekor sebagai teritorinya.

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Kalimantan Timur merupakan suatu kawasan hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman fauna yang cukup tinggi. Borneo mempunyai lebih dari 200 jenis mamalia (Payne dkk, 1985), lebih dari 500 jenis burung (Smithies, 1981, 166 jenis reptilia (Medway, 1977), 183 jenis amfibi (Inger, 1966) dan invertebrata yang tak terhitung jumlahnya, termasuk puluhan ribu jenis kumbang sehingga menjadikan Pulau Borneo seperti magnet bagi ilmuwan dari seluruh dunia serta memainkan peran penting dalam teori evolusi (WWF Indonesia dan WWF Malaysia, 2005).

Satwaliar dan hutan merupakan satu kesatuan ekosistem yang saling berinteraksi secara kompleks dan dinamis. Hutan berfungsi sebagai habitat satwaliar, juga sebaliknya satwaliar berperan dalam pengendalian keseimbangan ekosistem hutan. Satu diantara peran satwaliar dalam ekosistem hutan adalah membantu proses regenerasi hutan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Alikodra, 1989).

Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) merupakan salah satu jenis satwa yang hidup di Kalimantan, namun menjadi langka dan terancam punah akibat degradasi habitat tanpa memperhatikan keseimbangan eko-biologisnya. Gajah Kalimantan berperan penting dalam regenerasi hutan, baik sebagai penyebar biji dan juga untuk perlindungan sumber-sumber air di hulu Sungai Sebuku yang penting untuk kehidupan wilayah di bawahnya, termasuk Pulau Nunukan secara tidak langsung (Wullfraat, 2007). Akibat menurunnya kondisi kawasan hutan, populasi satwaliar di alam menjadi berkurang drastis. Hal ini bisa dibuktikan dengan salah satu kenyataan bahwa susah untuk bertemu langsung dengan Gajah Kalimantan.

Tema-tema penelitian tentang satwaliar di hutan tropis yang memerlukan pertemuan langsung dengan obyeknya menghadapi beberapa kendala. Kebanyakan dari mamalia dan binatang besar jenis lainnya adalah sensitif dan selalu menghindari manusia. Sebagian besar mamalia juga sangat sukar untuk diamati pada daerah tropis yang memiliki penutupan tajuk yang sangat lebat. Sebagian mamalia juga nokturnal (aktif pada malam hari), sehingga sangat sukar untuk ditemui. Mempelajari tentang jejak kaki dan tanda lainnya adalah suatu bagian yang penting dalam pengamatan satwa. Oleh karena itu, untuk mempelajari ekologi kelompok satwa, harus sering mempercayakan pada bukti tidak langsung seperti jejak, tanda makan dan lain-lain (Van Strien, 1983).

Untuk menduga populasi gajah dalam suatu kawasan hutan lebih gampang diketahui lewat jejak daripada bertemu langsung dengan obyeknya. Rabinowitz (1995) mengatakan bahwa jejak merupakan bukti tidak langsung yang menjadi dasar pegangan untuk menentukan suatu spesies tertentu berada dalam suatu kawasan tertentu. Jejak juga dapat menginformasikan tentang apa yang dilakukan oleh hewan tersebut. Dengan melihat jejak dapat diketahui umur, jenis kelamin, ukuran, jenis makanan dan beberapa kemungkinan perilakunya.

Pulau Borneo memiliki hutan tropis yang baik, dalam hal jenis tumbuhan maupun strukturnya, memungkinkan jenis-jenis binatang dengan spesialisasi yang berbeda untuk hidup bersama khususnya di dalam hutan basah dataran rendah. Hal ini menyebabkan kekayaan jenis yang tinggi dalam banyak kelompok binatang. Kawasan hutan hulu Sungai Sebuku adalah satu dari dua kawasan hutan di Kalimantan dan Sumatera dimana Orangutan, Gajah dan Badak terdapat di hutan yang sama (WWF Indonesia dan WWF Malaysia, 2005).

Kawasan hutan Sebuku adalah areal yang rencananya akan dijadikan kawasan konservasi dengan status Hutan Lindung oleh WWF Indonesia. Hanya saja Pemerintah Kabupaten Nunukan dan Pemerintah Pusat belum setuju atas deskripsinya dijadikan sebagai Hutan Lindung karena tidak sesuai dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupate (RTRWK) Nunukan Kalimantan Timur.

Disamping kekayaan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, ternyata Kalimantan Timur bagian Utara mendapatkan ancaman yang perlu untuk diperhatikan, diantaranya proyek besar dalam bidang infrastruktur, pertambangan batu bara dan kegiatan konversi hutan yang kurang pengkajian secara integral untuk pembukaan perkebunan akan berpengaruh terhadap perusakan dan pemusnahan habitat alami. Kebutuhan minyak kelapa sawit dunia yang terus meningkat membuat pembukaan perkebunan-perkebunan sawit baru sebagai pilihan yang menarik, meskipun hal itu sering harus dilakukan dengan cara yang tidak benar.

Permasalahan dalam upaya pelestarian gajah adalah menurunnya kualitas dan berkurangnya luas habitat. Pertimbangan terpenting adalah untuk memperbaiki kondisi ekologis gajah. Dalam pengelolaan populasi dan habitat gajah perlu dilakukan pendekatan ekosistem Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia bagian Sabah secara menyeluruh atau lebih dikenal dengan pendekatan ”bioregional”.

Gajah Kalimantan merupakan sub-spesies yang nyata endemik Pulau Borneo dan menjadikan jenis ini sebagai prioritas penting untuk program konservasi. Populasi gajah di bagian Utara Kalimantan Timur tidaklah terlalu besar, namun sangat penting artinya bagi ilmu pengetahuan. Kawasan Kalimantan Timur bagian Utara adalah bagian dari daerah jelajah alami mereka. Sementara itu, kuantitas habitat gajah di wilayah Indonesia (bagian Utara Kalimantan Timur dan daerah Sabah) telah mengalami penurunan secara signifikan dalam dekade terakhir ini (Wullfraat, 2007). Tidak banyak yang diketahui tentang perilaku gajah di alam bebas, meskipun ada pengetahuan home-range tentang gajah (Wildensyah, 2001). Gajah Kalimantan perlu dilestarikan, mengingat pentingnya dalam regenerasi hutan dan perlindungan sumber-sumber air di hulu Sungai Sebuku yang penting untuk kehidupan di kawasan hilirnya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari jejak kaki gajah yang hidup bebas di alam (hutan) di Pulau Borneo khususnya Kalimantan Timur sebagai langkah awal untuk program konservasi populasi Gajah Kalimantan.

C. Hasil yang Diharapkan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran (informasi) mengenai populasi gajah di hulu Sungai Sebuku yang kiranya berguna sebagai satu diantara dasar pertimbangan dalam usaha pelestarian Gajah Kalimantan. Atas dasar hasil penelitian ini juga diharapkan membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut oleh para peneliti lainnya di kemudian hari, yaitu dengan merekomendasi sebuah inventarisasi populasi yang relatif murah dan mengetahui penyebaran gajah di lokasi penelitian.

STOP Perdagangan SATWA LIAR!


Memperjuangkan sebuah keyakinan akan konservasi satwa liar bukanlah suatu hal yang mudah, membutuhkan sebuah pengorbanan yang panjang akan setiap detiknya. Menang atau kalau kami terus berjuang tanpa batas dengan modal semangat untuk satu tujuan... menyelamatkan satwa liar dari belenggu-belenggu manusia yang pandai membunuh dan menjual kemerdekaan satwa liar. Mari kita mendukung tanpa ikut dalam proses perdagangan satwa liar dimana pun itu.

KELUHAN KECIL UNTUK INDONESIA

Indonesia…Indonesia…Indonesia
Beribu cinta dan Kasih sayang masih dapat dan mampukah Indonesia MERDEKA 100%. Kerakusan merajalela di bumi pertiwi yang penuh dengan kekayaan alamnya tapi, hanya berapa persen yang dapt merasakan kelimpahan kekayaan sumber daya alam. Gelandangan dimana mana, pengemis, anak yatim piatu, orang-orang jombo dan para preman yang selalu menjadi korban tak luput buruh, petani dan nelayan. tetapi para pejabat negara ini hanya diam dan membisu menanggapi semua itu. Harus berapa banyak lagi korban akan penyakit dan kecurangan yang mengalibatkan kematian akan kerakusan para pejabat pejabat dan pemilik modal dan penguasa pasar politik Indonesia.

Dengarkanlah suara mereka, walaupun hanya sedikit yang bersuara tapi itu adalah perwakilan dari semuanya. Dengarkanlah kelukannya. Bila Tuhan Yang Maha Esa dapat memberikan kasih sayang dan pengabulan mengapa manusia tidak demikian walaupun standarnya tidak melebihi tuhan.

Berbagilah dengan sesama karena kita semua adalah SAUDARA

Tangisan Satwa Endemik Kalimantan

Suatu malam di dalam kegelapan kamar kos-kosan karena mati lampu sekitar tujuh jam lamanya penulis dikirimi sebuah pesan pendek melaui sms (short message service) oleh seorang teman kuliahnya, pengirim pesan itu bernama Dian Ayu Kurnia Jayanti yang kebetulan teman satu fakultas di program study yang sama yaitu Program Study Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Sms itu cukup singkat dan menarik bertuliskan “apabila kamu berada di dalam kegelapan berdoalah, maka terang akan menghampirimu tapi, apabila kamu tetap berada dalam kegelapan maka BAYARLAH TAGIHAN LISTRIKMU”. Itulah sms pertama di kotak masuk telephone genggam penulis. Selang beberapa menit kemudian dengan pengirim pesan yang sama penulis mendapat kembali satu sms yang dapat membuat penulis tersenyum lebar, sms itu bertuliskan “aku meminta kepada Tuhan untuk memberikanku sebuah batu dan Tuhan mengabulkannya dengan memberikanku sebuah berlian. Aku pun memohon kembali kepada Tuhan untuk memberikanku sebuah pohon dan Tuhan memberikanku sebuah hutan”. Senang sekali rasanya meminta batu malah diberikan berlian yang indah dan meminta sebuah pohon diberikan hutan yang dapat dimanfaatkan baik hasil hutan yang berupa kayu maupun hasil hutan non kayu seperti damar, rotan, obat-obatan alam dan lain sebagainya. Pertanyaannya apakah Tuhan hanya mengabulkan permohonan manusia? Dan bagaimana dengan permohonan dengan isak tangisan satwa endemik atau khas kalimantan yang berada di ambang kepunahan akibat tangan-tangan jahil nan kotor dari manusia yang rakus akan kekuasaan modal demi kepentingan pribadi semata. Alhasil 90% kerusakan hutan Kalimantan diakibatkan oleh ulah manusia seperti kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun, pembabatan hutan secara besar-besaran yang tidak berperikemanusiaan menjadi daerah pertambangan dan perkebunan dengan mengatas namakan demi kepentingan negara untuk menghasilkan peningkatan roda ekonomi masyarakat Indonesia dan dengan alasan lain demi menangguk devisa negara yang kenyataannya semua itu hanya demi kepentingan pribadi para pengusaha-pengusaha yang memiliki modal besar beserta tetek bengek lainnya yang tidak jelas timbal baliknya dengan dampak akibat kerusakan lingkungan yang sedang marak terjadi akhir-akhir ini.

Kekayaan hutan Kalimantan dengan cadangan sumber daya alam yang berlimpah ruah akan keanekaragaman hayati (genetik, flora dan fauna) yang tak tenilai harganya, yang sebelumnya pada tahun 1968 Kalimantan ditaksir mempunyai 41.470.000 ha hutan atau kira-kira 70%. Luas ini mencakup 34% seluruh luas hutan di Indonesia. Menjelang tahun 1990, dengan basis data yang lebih baik, luas lahan di Kalimantan yang masih tertutup hutan hanya 34.730.000 ha atau 63%. Angka ini menunjukkan kehilangan hutan tujuh juta hektar selama dua puluh tahun terakhir dan kita bukan saja kehilangan hutan tetapi kita juga telah kehilangan beberapa satwa endemik dan keberadaannya terbatas di Kalimantan. Dengan laju penebangan hutan di Kalimantan yang kian marak diperkirakan oleh beberapa lembaga lingkungan luasan hutan Kalimantan akan habis di tahun 2010 mendatang. Bila tutupan hutan kalimantan pada tahun 2010 telah habis selanjutnya bagaimanakah dengan nasib sahabat-sahabat alam kita seperti Owa-owa (Hyllobates muelleri), Lutung merah (Presbytis rubicunda), Lutung dahi putih (Presbytis frontata), Bekantan (Nasalis Larvatus), Kucing merah (Felis badia), Bajing tanah (Lariscus hosei), Ibis karau (Pseudibis davisoni), Sempidan Kalimantan (Lophura bulweri, Luntur Kalimantan (Harpactes whiteheadi), Pijantung Kalimantan (Anthreptes everetti), Alap-alap dahi putih (Microhierax latifrons), Puyuh gonggong Kalimantan (Arborophila hyperythra), Brencet Kalimantan (Ptilocicla leucogram) dan belum lagi satwa endemik Kalimantan yang belum teridentifikasi keberadaannya. Pertanyaannya, Kemanakah para sahabat-sahabat alam yang endemik Kalimantan itu akan bertempat tinggal ketika habitat aslinya telah habis akibat ulah manusia?. Kalau mereka bertempat tinggal di kota tentunya tidak akan mungkin dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi yang mana setiap individu dituntut harus beradaptasi pada perubahan yang terjadi sementara habitatnya terdegradasi, spesies yang tidak dapat bertahan hidup tentunya akan punah dan tanggung jawab apalagi yang akan kita pertanggung jawabkan kepada anak cucu kita seandainya mereka sudah tidak dapat lagi mengenal satwa endemik penghuni kekayaan hutan Kalimantan, hari ini anak cucu kita masih bisa melihat mereka walaupun secara tidak langsung dialam tetapi di dalam kandang tapi mungkin beberapa tahun lagi anak cucu kita hanya dapat melihatnya di dalam gambar saja sungguh menyedihkan bukan, manusia sekarang lebih berpikir bahwa mereka adalah keturunan terakhir di alam ini walaupun mereka sadar sering berkata kebohongan sebagai ahli konseptor omong kosong dengan pendapat “bahwa itu semua untuk anak cucu kita yang akan datang”, semua satwa endemik harus dikoservasi akan sintesa dari pertentangan eksploitasi dengan preservasi (perlindungan), benarkah demikian? Pertanyaannya untuk anak cucu siapa? Apakah untuk anak cucu para pemodal dengan investasi tinggi dengan keinginan Kalimantan akan menjadi kekuasaan tunggal mereka atau untuk seluruh anak cucu masyarakat indonesia tanpa terkecuali.

Sebenarnya salah apa sih satwa-satwa itu sampai-sampai manusia sebegitu teganya merebut hutan sebagai habitat mereka untuk bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman secara fisik (panas, dingin dan angin), bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami, bebas dari luka, sakit dan penyakit beserta bebas dari rasa stress dan distress. Apa sih salah mereka!. Ketika satwa-satwa itu masuk kepemukiman penduduk siapa yang disalahkan? Tentu satwanya bukan! Sebenarnya manusia yang masuk ke dalam kota satwa atau satwa yang masuk ke dalam kota manusia, jadi yang mana yang benar? Tentunya manusia yang masuk ke kota satwa yang harus disalahkan! Tapi kenapa sampai saat ini manusia terus berdalih panjang lebar bahwa itu adalah kesalahan satwa dan bukan kesalahan manusia yang telah merampas habitat satwa sebagai tempat hidup aslinya. Sakit sekali rasanya andai kata penulis menjadi satwa tersebut, kesini salah kesitu salah jadi harus kemana satwa-satwa itu harus bertempat tinggal? Satu atap dengan manusia pun tentunya tidak mungkin mana ada manusia yang mau disamakan dengan binatang dengan hidup bersamaan di dalam satu rumah.

Di lain hal teringat kembali ketika penulis melakukan praktikum lapangan ekologi burung di KRUS (Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda) di minggu ke tiga bulan November 2006, disaat praktikum lapangan berlangsung penulis melihat dan mengamati salah satu Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus) di dalam sebuah kandang besi berwarna hijau dengan ukuran sekitar 3×4 m. Orangutan Kalimantan itu sedang duduk di sudut sebelah kiri kandang yang mana posisi kandang tepat berada di depan penulis, dengan keadaan tenang penulis mengamati Orangutan Kalimantan yang sedang melihat pemandangan yang jauh diluar sana dengan sorot mata yang sangat memilukan, apa yang mereka lihat, satu kawasan hutan yang dapat membuat mereka bahagia menikmati keindahan alam dan melakukan berbagai macam aktivitas alaminya untuk dapat bermain kesana kemari dengan bebasnya tanpa ada pembatas terali-terali besi, memanjat tegakan-tegakan pepohonan untuk mencari pakan seperti buah, daun, kulit kayu dan serangga sementara itu ketika di dalam kandang Oangutan Kalimantan hanya berharap belas kasihan manusia yang melewati kandangnya dengan harapan akan memberikan makanan, mandi di sungai-sungai kecil yang jernih, hangat yang ada di sekitar kawasan hutan dan sebagainya tanpa ada yang menghalanginya untuk melakukan semua hal ini. Senang sekali rasanya walaupun itu hanya mimpi.

Dan itulah salah satu contoh kecil yang sifatnya nyata dari perilaku Orangutan Kalimantan yang berada di salah satu kandang besi KRUS yang menginginkan sebuah makna kebebasan akan kemerdekaan hidup di alam bebas. Belum lagi stress berkepanjangan berada di dalam kandang yang tidak layak huni, jorok dan berbau tidak sedap, terus bagaimana satwa-satwa endemik (khas) kalimantan yang lainnya yang mengalami nasip serupa seperti Orangutan Kalimantan tersebut, satwa endemik Kalimantan yang eksotis seperti Owa-owa (Hyllobates muelleri), Lutung merah (Presbytis rubicunda), Lutung dahi putih (Presbytis frontata), Bekantan (Nasalis
Larvatus),
Kucing merah (Felis badia), Bajing tanah (Lariscus hosei), Ibis karau (Pseudibis davisoni), Sempidan Kalimantan (Lophura bulweri), Luntur Kalimantan (Harpactes whiteheadi), Pijantung Kalimantan (Anthreptes everetti), Alap-alap dahi putih (Microhierax latifrons), Puyuh gonggong Kalimantan (Arborophila hyperythra) dan Brencet Kalimantan (Ptilocicla leucogram) dan satwa endemik Kalimantan dan belum teridentifikasi keberadaannya mungkin saja nasibnya lebih menyedihkan dari Orangutan kalimantan yang ada di dalam kandang KRUS. Seperti beberapa satwa endemik kalimantan diperjual belikan secara illegal oleh para pengumpul demi kepuasan para kolektor-kolektor satwa langka untuk dijadikan obsetan yang menghiasi rumah-rumah mewah mereka. Kasihan sekali nasib satwa-satwa endemik Kalimantan yang harus punah demi kepuasan manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap alam untuk mengisi perut-perut mereka tanpa rasa kasihan sedikitpun dengan hasil uang haram. Manusia dapat menangis bila kehilangan orang-orang yang mereka cintai dan bukan berarti satwa-satwa itu tidak dapat menangis seperti manusia. Mereka juga menangis walaupun manusia tidak akan pernah mau tahu bahwa mereka sebenarnya dapat menangis, merasakan duka dan kehilangan yang mendalam. satwa tidak pernah membalas dendam dengan
apa yang manusia perbuat dengan kejam tanpa ampun kepada satwa-satwa tersebut.

Andaikata penulis menjadi salah satu satwa endemik Kalimantan yang mana saja dengan kelebihan dapat berbicara kepada manusia, tentunya penulis akan menuntut agar manusia mengembalikan hutan Kalimantan dengan keadaan seperti semula tanpa cacat satupun dan penulis (yang menjadi salah satu satwa tersebut) akan bertanya kepada hati nurani manusia, apa sebenarnya keinginan manusia untuk beberapa tahun kedepan? Tidak ada salahnya bukan bila penulis bermimpi menjadi satwa endemik Kalimantan yang sudah diambang kepunahan, siapa juga yang dapat melarangnya, semua itu hanyalah salah satu mimpi penulis untuk membela satwa-satwa yang selalu tidak pernah jelas pengakuan “HAK” nya di mata manusia. Haruskah kejadian masa lalu terulang kembali di masa para cendekiawan dan ahli filsafat Inggris berpandangan bahwa satwa tidak mamiliki “HAK” untuk melakukan apa saja walaupun semuanya telah dipatahkan dengan argumen kunci dalam pandangan ini adalah Apakah satwa merasa menderita? Tentu saja! satwa juga dapat merasakan sakit ketika peluru bersarang ditubuh mereka, ketika cambukan-cambukan panas berulang-ulang kali menghantam tubuh mereka dalam pertunjukkan sirkus demi kepuasan mendapatkan beribu-ribu tawa para penonton yang menontonnya, ketika tubuh mereka di bakar hidup-hidup menjadi sebuah obsetan yang berkilau nan menarik di mata pembeli, apakah ini yang diingikan oleh sang penguasa alam yang notabenenya tertulis dalam semua al-kitab agama bahwasanya manusia dan alam harus hidup secara berdampingan tanpa harus ada yang menyakiti dan disakiti serta saling menyayangi sesama mahluk hidup di muka bumi ini. Masih pantaskah tepi sungai hutan mangrove dikatakan indah tapi tidak ada satupun Bekantan (Nasalis larvatus) didalamnya, masih adakah tunas-tunas pertumbuhan vegetasi ketika semua jenis burung telah punah dengan peranannya yang sangat penting dalam penyerbukan dan penyebaran buah di alam. Oleh karena itu masih pantaskah jika Kalimantan dijadikan salah satu situs alam warisan dunia dengan panorama alam berupa rimbunan pepohonan, dari kejauhan hutan tampak hijau dan alami tapi di dalamnya tidak ada satupun jenis fauna.

Jadi apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga agar satwa-satwa endemik Kalimantan itu tetap ada, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah membentuk sebuah penyadaran dan pemahaman yang sama kepada sebagian orang yang melihat permasalahan konservasi satwa dari kaca politik, “posisi interaksi Negara dan Rakyat”, kemudian sebagian lagi melihat dari asas ekologi, “manusia, alam dan unsur biologis lainnya”,dan sebagian lagi dari asas ekonomi, “pemanfaatan atau pengawetan” dan sebagian lagi melihat dari sudut pandang sosial, “mampu mensejahterakan kehidupan manusia”. walaupun membutuhkan waktu relatif lama tapi jangan kelamaan sebelum satwa-satwa endemik Kalimantan benar-benar punah selamanya. Bentuklah suatu pemahaman yang benar-benar konkrit demi kelangsungan hidup satwa endemik maupun non-endemik yang timbal baliknya berperan penting terhadap kelestarian lingkungan yang akan datang, perlu diingat kawasan hutan bukanlah hanya tegakan pohon semata tetapi kawasan hutan merupakan laboratorium alam yang nyata untuk kesejahteraan baik itu masyarakat Indonesia khususnya Kalimantan dan untuk kesejahteraan satwa itu sendiri. Oleh karena itu membangun persepsi dan pemahaman dapat dilakukan melalui survei kolaboratif dengan melihat dan melakukannya langsung dilapangan agar lebih mudah memahami dibandingkan dengan hanya membaca dan mendengar. Jangan sekali-kali pernah ada anggapan konsevasi lebih mementingkan satwa endemik Kalimantan dengan beberapa contoh konservasi lebih mementingkan Orangutan atau gajah daripada manusia yang harus mencari sumber penghidupannya sendiri. Langkah yang kedua adalah ikut berpartisipasi secara aktif dalam konservasi satwa endemik Kalimantan karena satwa sangat penting artinya dalam kehidupa di alam. Dan masih banyak lagi cara yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan kepedulian kita terhadap satwa, kita ambil contoh kecilnya dengan tidak melakukan perburuan baik itu yang legal maupun illegal dan memelihara satwa jenis apapun di dalam rumah dengan begitu akan menghentikan laju perdagangan satwa liar yang kian marak terjadi, dengan begitu satwa endemik Kalimantan dapat mengalami peningkatan populasi tanpa ada yang mengganggunya dengan dasar KOMITMEN BERSAMA demi satwa endemik Kalimantan untuk menjadi kebanggaan kita bersama.

Atas Nama keindahan kalimantan beserta isinya yang tercantik Tak terasa manusia dan satwa seolah berkejaran dengan waktu, berkejaran dengan roda politik, dan berkejaran dengan kesadaran, menuju gerbang-gerbang perubahan yang selalu diidam-idamkan dan jangan biarkan bom waktu yang mengancam kehidupan masyarakat dan satwa endemik Kalimantan berputar atau berjalan kembali menuju kehancuran yang tak terbayangkan dasyatnya. Untuk Para sahabat alamku di Kalimantan penulis teringat salah satu lirik lagu karya Iwan Fals ‘Tabir gelap yang dulu hinggap lambat laun mulai terungkap, Labil tawamu tak pasti tangismu jelas membuat aku sangat ingin mencari, Apa yang tersembunyi di balik senyum manismu Apa yang tersembunyi dibalik dua bening matamu” adalah satu harapan untuk mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan sejati.

Salam Lestari…!

KLAN Hutan

Di dalam setiap hutan dataran tinggi dan dataran rendah pegununganm sungai, laut, savana dan semua habitat sahabat alam berhambur ruah klan-klan di dalamnya klan gagak, klan beruang, klam rusa merah, klan serigala dan klan-klan lainnya menjadi satu kesatuan di dalam hutan belantara dan luasnya lautan yang dalam mencegam dan semua daratan dan lautan yang tidak pernah disentuh sekalipun semuanya tetap sama, dari satu dunia yang hanya ada satu dan tidak dapat ada yang menggantikan serta dapat rusak. Klam serigala yang sebagai pendengar dapat mendengar semua kejahatan dan berlawan bersama angin dalam penciumannya yang tajam bahkan lebih tajam ketika malam datang, berlari bersama angin dalam terpaan badai hutan dan dinginnya malam, klan gagak mengetahui semua kematian di dalam hutan yang gelap dan sunyi bersamaan klan-klam yang hidup di dalam pegunungan yang dalam dan gelap, semua klan memiliki kehebatan dan kemampuannya masing-masing. mereka semua dapat hidup dengan apa yang disediakan hutan di dalamnya hidup secara ekologis yang saling berhubungan menbentuk satu kesatuan dan saling mengikat antara yang satu dengan yang lainnya. tetapi ketika bau manusia menusuk belantara dengan pengaruh roh dunia yang jahat dimana saja dan kapan saja hutan dan seisinya akan terancam. Manusia menginjak injak semua yang ada dan merampas dengan lapar akan kehausan dan kekuasaan, yang tercium…yang tercium….sekarang…bau kematian dimana-mana, udara membawa bau bangkai klan-klan tersebut mengitari hutan. hutanpun terdiam membisu, dalam hempasan gelombang klan paus dan klan anjing laut serta klan ikan yang lainnya membisu di dalam gelap dan paling bercahaya di dalm dasar-dasar perairan dan hanya tinggal menunggu ajal kematian yang akan menyusul mereka, ketika semua kehidupan rimba lenyap maka kehidupan perairan pun akan terganggu yang menjalin menjadi rantai kehancuran, Hanya satu harapan semua klan, mengharapkan satu kekuatan sang penguasa bahkan raja dari semua klan yang ada… yaitu mereka mengharapkan klan pelindung. Klan yang sangat jarang ditemukan di belahan bumi manapun. gabungan klan binatang dan klan manusia dalam klan ksatria pelangi yang dapat membelah semua badai di muka bumi dan menghancurkan apa saja yang akan mengarang di depannya dialah klan matahari, ya klan bintang yang akan dapat menolong klan-klan di dalam hutan dan di perairan, mengapa harus klan matahari, karena klan matahari gabungan dari semua klan-klan yang ada dan yang pernah ada di seluruh penjuru dunia. walaupun sang matahari terlau panas tapi dia dapat membedakan mana yang harus dan mana yang tidak. klan matahari hanya dirimu yang dapat menolong semua ini, dimanakah aku harus mencarimu dan kejalan mana yang akan harus kutempuh…aku membutuhkan pemandu yang dapat menemaniku di dunia klan hutan dan klan manusia. berikanlah klan serigala agar dapar mencari dan menemuimu di dalam panas dan gelapnya dunia yang semangkin menghilang dalam kegelapam roh setan.

Selamatkan Habitat Gajah Kalimantan

Samarinda, 25 Juli 2007

Press Release
FORUM PECINTA SATWA (FPS) MENDESAK PEMERINTAH INDONESIA UNTUK LEBIH SERIUS MENANGANI HABITAT GAJAH KALIMANTAN
(Elephas maximus borneensis)

Forum Pecinta Satwa (FPS), mendesak Pemerintah Indonesia untuk lebih serius dalam menangani dan memberikan Status Kawasan Hutan Sebuku Menjadi Kawasan Konservasi untuk Habitat Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis).

Di Indonesia, Gajah hanya terdapat di Sumatera (Gajah Sumatera) dan di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur (Gajah Borneo).

Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) merupakan salah satu jenis satwa yang hanya dapat dijumpai di Negara bagian Sabah (Malaysia) dan di bagian paling Utara Provinsi Kalimantan Timur terutama di Kawasan Hutan Sebuku Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.

Gajah Kalimantan terisolasi sekitar 300.000 tahun lalu dari Gajah Asia dan Sumatera. Gajah Kalimantan berevolusi menjadi lebih kecil, kuping membesar, belalai dan gadingnya memanjang serta ekornya nyaris menyentuh tanah dan di klasifikasikan sebagai tipe gajah pegunungan dikarenakan topografi Kawasan hutan Sebuku yang tinggi dan berbukit-bukit. Gajah Kalimantan adalah sub-spesies Gajah Asia yang berbeda dengan Gajah Sumatera dan merupakan endemik Pulau Kalimantan dan diperkuat dengan dilakukannya penelitian uji genetik melalui uji DNA (deoxyribonucleid acid) oleh Columbia University. DNA adalah rantai panjang polimer nukleotida yang mengandung informasi genetik serta perbedaan itu disahkan melaui perbandingan DNA dengan Gajah dari Sri Lanka, India, Bhutan, Bangladesh, Thailand, Laos, Vietnam, Kemboja, Semenandung Malaysia dan Sumatera.

Di peringkat antar bangsa Gajah sebagai Spesies Endangered dalam IUCN Red Book Data dan Lampiran 1 di dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) dan di Indonesia Gajah dilindungi UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta PP N0. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Satwa dan Tumbuhan.

Walaupun perlindungan keanekaragaman hayati telah ada tetapi kenyataannya jumlah jenis yang menjadi rawan punah dan bahkan menjadi punah semangkin bertambah. Di dalam Analisa Dampak Lingkungan pembukaan atau alih guna hutan, adanya jenis hayati yang dilindungi hanya dimasukan sebagai faktor negative. Sampai saat ini belum adanya batasan yang pasti tentang tingkat negative yang diberikan yang berkaitan dengan populasi kritis (critically endangered), genting (endangered), dan rentan (vulnerable) serta relung nyata (relized niche) dan relung pokok (fundamental niche) yang secara pasti dapat mengarahkan pada kesimpulan apakah suatu kawasan hutan boleh dibuka atau dialih-gunakan atau tidak.

Kawasan Hutan Sebuku, yang terletak di Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur, tidak hanya memiliki kekayaan hayati dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, namun juga merupakan habitat kunci dan wilayah jelajah (home range) bagi Gajah Kalimantan. Kawasan Hutan Sebuku yang diidentifikasi sebagai daerah sebaran gajah diketahui sangat berperan penting sebagai daerah perlindungan sumber-sumber air di hulu Sungai Sebuku yang penting untuk kehidupan wilayah di bawahnya, termasuk Pulau Nunukan.

Habitat kunci tersebut saat ini terancam oleh praktik-praktik penebangan liar dan ekspansi berbagai kegiatan investasi berbasis lahan hutan yang eksploitatif, seperti menjamurnya konsesi perkebunan dan HPH/HTI di Kawasan Hutan Sebuku. Konsekwensi logis dari keadaan ini adalah meningkatnya konflik antara Gajah dengan Masyarakat dan Perkebunan Kelapa Sawit baik di luar maupun di dalam Kawasan Hutan Sebuku. Intensitas penebangan, baik penebangan legal oleh pemegang konsesi praktik illegal di Kawasan Hutan Sebuku saat ini semangkin meningkat, sehingga diestimasikan Kawasan Hutan tersebut akan musnah yang mengakibatkan terganggunya ekosistem dan hilangnya Habitat Gajah Kalimantan.

Gajah Kalimantan adalah salah satu sub-spesies yang paling terancam di dunia. Survey yang dilakukan oleh BKSDA KalTim, WWF Indonesia dan Mahasiswa Laboratorium Keanekaragaman Hayati Fakultas Kehutanan UnMul pada bulan Februari – Maret 2007 menunjukkan bahwa terdapat kira-kira 20 – 45 ekor Gajah Kalimantan yang masih tersisa dengan Teknik Penghitungan Populasi Gajah Berdasarkan Jejak, serta pertemuan langsung dengan 3 ekor Gajah Soliter di tempat/ tipe hutan yang berbeda.

Gajah adalah salah satu spesies yang menjadi indikator baik buruknya lingkungan alam di sekitar habitatnya. Memulihkan kembali kawasan hutan yang rusak perlu bukan hanya untuk “RUMAH” bagi Gajah. Hal mendasar yang ingin dicapai adalah terciptanya kembali keseimbangan lingkungan, mereduksi bencana banjir, tanah longsor dan masih banyak lagi demi kenyamanan hidup Manusia.

Dengan AKSI DAMAI “Selamatkan Habitat Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis)” Forum Pecinta Satwa mendesak Pemerintah Kabupaten Nunukan, Pemerintah Provinsi KalTim, Pemerintah Pusat, Departemen Kehutanan dan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadikan masalah ini menjadi masalah nasional dan mengambil langkah-langkah konkrit untuk Gajah Kalimantan dan Habitatnya dengan:

  1. Memberikan Status Kawasan Hutan Sebuku menjadi Kawsan Hutan Perlindungan/ Hutan Konservasi
  2. Memperbaiki habitat Gajah Kalimantan yang sudah rusak
  3. Pemetaan RTRW Kabupaten Nunukan yang lebih baik, intensif dan akurat
  4. Tidak memberikan ijin baru kepada terhadap segala sesuatu yang akan merusak habitat gajah (kegiatan penebangan/ pemegang konsesi, perkebunan kelapa sawit baru).
  5. Konsesi penebangan yang terlanjur diberikan kepada perusahaan HPH pada areal yang menjadi habitat gajah (termasuk wilayah jelajahnya) agar diwajibkan untuk menerapkan sistem penebangan berdampak rendah dan menyisakan hutan sebagai habitat yang baik bagi gajah.

Uknown

Berbicara tentang cinta dan para sahabatnya bisa dibilang gampang-gampang susah. Bila kita menyukai seseorang belum tentu orang yang kita sukai itu sama dengan harapan kita untuk menyukai kembali atau dia menyukai orang lain. Ada lawan jenis yang menyuksi kita tetapi kita menyukai orang lain. Tapi semua itu merupakan sesuatu yang wajar. cinta itu seperti hantu, walaupun banyak orang yang menceritakannya, tapi hanya beberapa saja yang dapat membuktikannya. Cinta itu sangat menyakitkan, dan anehnya sudah tahu menyakitkan banyak orang yang ungin merasakan kesakitan itu. bila kita terbang tinggi akan harapan cinta tentunya bila terjatuh juga akan menyakitkan bahkan beberapa mengakibatkan kematian. satu hal. bila kita tidak terbang tinggi, kita tidak akan melihat pemandangan-pemandangan yang indah dari atas sana.

Pencak Silat Cempaka Putih Universitas Mulawarman

Pencak Silat Cempaka Putih Universitas Mulawarman atau Silat (berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri tangan kosong) ialah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya Melayu. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura tapi bisa pula ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.

Berbanding Terbalik dan Sebaliknya

Setiap manusia memiliki jalan kehidupannya masing-masing yang berbeda-beda, tak jarang dalam perjalanan kehidupan manusia itu sendiri pasti ada terarah dan tidak terarah, kuat dan lemah, terangnya jiwa dan terkadang jiwa menjadi gelap, kelahiran dan kematian, kebahagiaan dan penyesalan akan harapan pengampunan, pertemuan dan perpisahan tanpa batas waktu, tertawa terbahak-bahak bahkan sampai menangis tersedu-sedu, pahala dan dosa besar, gali lubang dan tutup lobang dalam segi kebaikan dan keburukan hidup yang menjadi satu kesatuan bersamaan proses lahirnya sebuah kehidupan yang kita kenal dengan suka dan duka yang akan menjadikannya sebuah mimpi akan harapan yang membuat kita begitu tegar dengan semua cobaan hidup selama perjalanannya tapi, itu hanya panggung sandiwara dunia. Dan diantaranya tidak akan ada yang pernah sempurna sama halnya dengan cinta dan kasih sayang yang akan mengalami kehilangan eksistensinya bersamaan berjalanan waktu yang terus berjalan dan berputar tanpa ruang dan tidak berbau. Cinta dan saying itu seperti hantu, banyak sekali manusia yang menceritakannya tetapi hanya sedikit manusia saja yang dapat melihat bahkan dapat membuktikannya.
Cinta sejati pastinya akan abadi dan sebaliknya cinta abadi belum tentu menjadi cinta sejati. Cinta itu tidak dapat disentuh dan tidak berwarna merah muda, hijau, kuning dan lain sebagainya.

Welcome PMF XXII Tahun 2009

(Baca Teliti dan Tentukan Sikap)

Senang sekali rasanya Penulis dapat kembali menjumpai teman-teman rimbawan melalui tulisan sederhana ini, karena tulisan ini akan mencoba merekam kembali semua ingatan kita dengan apa yang mungkin telah kita lihat dan mengajak kita untuk lebih menghayati dan merasakan secara langsung tentang sesuatu yang semangkin dekat dengan kita semua. Tentang kehidupan para rimbawan fakultas kehutanan di PMF.

Dalam PMF tentunya tidak ada mata kuliah yang kita dapat selama ini di bangku perkuliahan, yang kita peroleh bukan mata kuliah manajemen, matematika, kimia dasar I, pengantar ilmu ekonomi dan lain sebagainya tapi kita akan mendapatkan mata kuliah kehidupan seperti kesabaran, optimisme, ketegaran, kesederhanaan dan kejujuran. Jadi, dalam PMF bukan hanya sekedar menstransfer wawasan dan keterampilan tapi juga menstransfer pengalaman untuk lebih berfikir cerdas luar dalam.

Selalu tidak dapat dilupakan dan tidak dapat di musnahkan dari pikiran Penulis dengan apa yang di ucapkan Bung Karno ”Semuanya JASMERAH” (jangan sekali-kali melupakan sejarah).

S E J A R A H P M F

Bermula dari keingginan beberapa Raka Alumni untuk berkumpul dalam suatu kegiatan diluar waktu akademik dan di alam bebas, maka terbentuklah acara Camping I yang dilaksanakan pada tahun 1974 di Talang Sari Lempake Samarinda. Bertindak sebagai ketua adalah Amirullah B.Sc. Bentuk kegiatannya dibuat sedemikian rupa sehingga acaranya pun benar-benar merupakan kegiatan yang akrab, positif, kreatip dan bermakna ala mahasiswa Fahutan tanpa meninggalkan esensi pendidikan kehutanan itu sendiri.

Visi kegiatan ini semangkin berkembang dalam menciptakan rimbawan sejati dan berkualitas dengan misi pembelajaran dan pembekalan diri khususnya kepada mahasiswa baru yang dikemas dalam ikatan batin Sylva sehingga kegiatan ini sangat mencerminkan kerimbawanan, kebersamaan, keakraban dan sarat pendidikan. Mekanisme kegiatan ini pun sangat demokrasi. Hal ini terlihat dari proses pemilihan ketua pelaksana camping dimana setiap calon ketua pelaksana memaparkan program acara mereka kepada seluruh civitas akademik dan dipilih dalam suara terbanyak.

Kegiatan ini disambut positif oleh Keluarga Besar UNMUL. Mengacu pada visi dan misi serta esensi dan manfaat dari kegiatan ekstrarikuler ini, kegiatan camping ini dijadikan kegiatan sakral tahunan dan merupakan ciri khas dari Fahutan UNMUL. Alhasil, camping dilaksanakan hingga camping XI pada tahun 1984. Pada tahun berikutnya, masih dalam kemasan yang sama, kegiatan khas tahunan ini berganti nama menjadi Field Study dengan Raka Garendel Siboro sebagai ketua pelaksana.

Kegiatan camping ini diganti namanya menjadi PMF (Penyuluhan Massal Fahutan) yang berjalan dari PMF I-IV. Pada tahun 1990 PMF berganti nama menjadi PESTRO, keinginan adanya penyegaran dengan membungkus PMF dalam nama yang berbeda menjadi alasan kepanitiaan Raka Rinaldi Moerad sebagai ketua pelaksana mengganti nama kegiatan fahutan ini. Namun ditahun berikutnya, kegiatan tahunan ini kembali dengan nama PMF VI-VII.

(Sumber: Forestry Magazine. Edisi 8/16.12.2003)

gaya baru yang merampas hak asasi manusia secara langsung maupun tidak langsung. Penulis memutuskan akan mencoba mengingat kembali masa-masa pemboikotan PMF XVII 2003 yang mudahan alur ceritanya dapat dimengerti oleh semua pembaca.Penulis dan teman-teman angkatan 2003 tentunya tidak akan lupa masa-masa pemberontakan untuk menolak kegiatan PMF agar segera dihentikan atau di boikot pada tahun 2003. Karena PMF tidak lain sebuah penjajahan

HAMPIR DI BOIKOT PMF XVII Tahun 2003

Ketakutan demi ketakutan yang mengganggu pikiran setiap MABA 2003 di setiap waktu tanpa berhenti menghantui mereka dari cerita-cerita masa lalu tentang PMF dan begitu banyaknya ancaman yang datang silih berganti di setiap harinya dilengkapi dengan kasus pelecehan sexual yang dijelaskan secara langsung oleh korban dengan asumsi korban dipaksa untuk memegang kemaluan seorang senior yang tidak perlu disebutkan namanya.

Berawal dari sebuah pengajian-pengajian kecil di fahutan bertempat di Jalan P & K Blok E2 malam jum,at (penulis tidak tahu persis tanggal berapa kejadian itu berlangsung) terbitlah sebuah pemikiran yang agak bodoh namun kreatif dengan membuat gerakan bawah tanah bersama untuk memboikot PMF XVII. Tidak beberapa lama di malam itu lahirlah sebuah kesimpulan yang menjadi sebuah keputusan bersama untuk menolak dengan tegas agar kegiatan PMF dihentikan untuk selamanya dan selama-lamanya. Bagi mereka bahwa kegiatan orientasi kampus apapun bentuknya selama masih menggunakan pola-pola seperti ospek tidak akan bisa membentuk apa saja. Sekarang bukan zamannya lagi pengkaderan yang dipenuhi dengan bentakan-bentakan, tradisi-tradisi lama yang tidak bermanfaat dan atribut-atribut yang menghabiskan biaya percuma. Mendingan belajar (katanya mereka).

Sebagai hasil dari perkumpulan tersebut terbitlah sebuah surat keputusan yang dituliskan oleh notulen yang bersifat SEGERA demi terlaksananya pamboikotan PMF XVII dengan 3 rangkap surat keputusan yang berisi persetujuan tanda tangan bagi yang mendukung pemboikotan dimana setiap rangkap terdapat 5 buah kertas A4 dan salah satu dari tiga bukti pemboikotan itu masih tersimpan dengan rapi dalam kamar kotor penulis yang diambil secara diam diam di tiga tahun yang lalu tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya.

Perpecahan kembali terjadi dimana-mana antara senior dengan MABA-03 serta antara MABA Manajemen Hutan A, Manajemen hutan B dan Teknologi Hasil Hutan. Sebagai hasil dari rencana pemboikotan tersebut tidak kurang dan tidak lebih 78 orang MABA 2003 bergabung membuat gerakan secara nyata dengan penanda tanganan persetujuan untuk menolak secara tegas adanya kegiatan PMF XVII 2003 dan PMF seterusnya. Pertanyaannya sekarang adalah, benarkah 78 orang MABA itu ingin menolak PMF…? Ataukah mereka dipaksa untuk menanda tangani Penolakkan PMF tersebut… ?

Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Tapi, ada MABA penghianat diantara mereka dengan harapan pujian kepahlawanan yang gagah berani dari seorang senior. 1 dari 3 rangkap penolakan PMF hilang bersamaan dengan semaraknya proses penanda tanganan yang berlangsung di ruang C1. Selang beberapa menit kemudian senior-senior menyerang dengan emosi dan semangatnya yang berkobar seperti nyala api neraka berlari menuju ruang C1 yang masih berlangsung proses penandatanganan penolakan tersebut. Akhirnya semua senior telah memasuki dan berkumpul di dalam ruang C1, secara perlahan pintu telah tertutup salah seorang dari mereka berteriak ”bagi yang merasa laki-laki segera berdiri kebelakang” Ceeepaaattttt... ... ... Bangsat kalian semua. Dengan wajah pucat bersamaan dengan rasa takut MABA membentuk barisab, bershaf mereka hanya bisa menundukkan kepala mereka tanpa mengeluarkan satu kalimat pun dari mulut mereka masing-masing. Keheningan terjadi beberapa menit. Tiba-tiba terdengar suara lantang seraya berkata ” Jawab siapa yang membuat surat untuk menolak PMF, katakan siapa...? karena tidak ada yang menjawan 4 orang MABA 2003 salah satunya adalah penulis dijorong kebelakang dengan sangat kerasnya oleh seorang senior yang tidak perlu disebutkan namanya. Sampai-sampai Salah seorang senior lainnya pun memukul kepala penulis dengan gulungan beberapa kertas A4 sambil berkata ”Kamu jawab, apakah ini yang dinamakan kekerasan”...? Penulis pun menjawab dengan terpaksa bahwa itu bukanlah tindakan kekerasan. Hari itu adalah satu hari yang paling membosankan dalam kehidupan penulis dan mudahan tidak akan terulang kembali pada MABA Fakultas Kehutanan UNMUL berikutnya dan cukup hanya penulis saja sebagai korbannya.

Yang paling Penulis sesalkan, tersangka yang mencuri 1 rangkap surat pemboikotan PMF sampai belum pernah mengikuti kegiatan PMF sampai saat ini. Dia hanya seorang yang pembual dan omong kosong, pengecut, bahkan penghianat bagi penulis dan 78 orang yang setuju akan penghapusan PMF tersebut. Sekarang orang itu berhenti dari fahutan, bagi penulis dia adalah seseorang provokator yang sangat handal, benar-benar sangat handal.

Akhirnya nasi telah menjadi bubur. Perjuangan sia-sia tapi patut diacungkan jempol kepada 78 orang MABA tersebut karena keberaniannya yang sangat besar. Semoga keberanian itu tidak akan pernah surut dimakan waktu bahkan bertambah besar seperti nyala api unggun di PMF.

Pada tahun 2005 PMF berganti nama lagi menjadi KAWAN (Kemah Rimbawan) dan kembali menjadi PMF kembali pada tahun 2006 sampai saat ini di tahun 2009

PMF (Pembantaian Massal Fahutan) XXII

Pertengahan tahun 2008 antara bulan Januari atau Februari 2009 teman-teman angkatan 2005 akan menjadi panitia dari PMF XXII, walaupun belum ada persiapan yang sangat matang sampai saat ini dalam kegiatan tersebut. Detik-detik kegiatan PMF dalam waktu 2-3 bulan akan banyak sekali kontradiksi (pertentangan) dalam kegiatan ini. Ada senior yang memprovokasi MABA untuk mengatakan tidak untuk kegiatan yang bersifat Neo-Liberalisme (penjajahan gaya baru) tersebut dan ada senior yang memvonis kebebasan MABA untuk mau tidak mau MABA harus ikut titik, serta ada senior yang hanya diam bahkan buta-tuli tidak mau tahu sama sekali dengan kegiatan PMF nantinya.

Mengapa saya mengatakan PMF XXII itu singkatan dari Pembantaian Massal Fahutan dan Bukan seharusnya Penyuluhan Massal Fahutan ? Karena singkatan itulah yang paling dan paling cocok untuk PMF XXII ini. MABA atau siapapun kalian yang akan mengikuti PMF XXII jangan terlalu takut dan lembek, itu hanya sebuah singkatan atau kalimat yang tidak ada menjadi diadakan. Ini bukanlah suatu ancaman diantara dua pilihan, lebih baik sakit empat hari di PMF atau sakit setiap hari selama kalian ada di Fahutan atau bisa juga selama-lamanya. Bukan Fisik yang kami rusak bahkan kami pukul dan tendang jauh-jauh, tapi kami hanya merusak,memukul dan menendang sejauh mungkin ketakutan dan mental bobrok di dalam diri kalian.

Bila kalian tidak mengikuti PMF maka hati dan bathin kalian yang akan tersiksa. Itu semua bukan karena senior, panitia PMF, alumni atau yang lainnya. Tapi itu adalah kesakitan yang dibuat oleh kalian sendiri, ingat kalian sendiri bukan karena orang lain. Percaya atau tidak mereka yang tidak bergabung dalam kegiatan PMF mereka tidak mendapatkan kesegaran mental dan kesegaran pikiran bahkan jiwa mereka miskin.

Rasulullah dalam salah satu hadisnya: ”Orang yang kaya bukan kaya harta atau kaya posisi, tapi orang yang kaya adalah kaya jiwa”.

Jiwa yang seperti apa? Jiwa yang tenang, mental yang segar serta pikiran yang sangat bebas dan kuat.

Banyak sekali saya mendengar Pertanyaan klasik secara langsung ketika MABA bertanya pada senior mereka.

MABA: Abang PMF itu sakit ya? Katanya sampai berdarah-darah begitu.

Senior : Kata siapa PMF itu sakit nyatanya sampai saat ini saya masih hidup, kuat dan sehat-sehat aja.

Sebuah jawaban yang dapat dipuji oleh diri sendiri. Memang secara kasat mata senior yang memberikan jawaban itu masih hidup, kuat dan sehat-sehat saja tapi sebenarnya tidak bagiku. Mereka telah mati, bobrok seperti kerupuk melempem dan tidak sehat. Semangat Mahasiswa mereka telah padam dengan ketakutan-ketakutan masa-lalu diantara penindasan yang terjadi di PMF mereka. Dan hanya beberapa orang saja yang mampu bertahan dengan segudang aktivitasnya bahkan lebih. Jadi ... ... ...

Pelajaran di dalam PMF XXII nantinya peserta akan belajar mata kuliah kehidupan seperti kesabaran, optimisme, ketegaran, kesederhanaan dan kejujuran, serta mata kuliah untuk saling tolong menolong sesama manusia Agar kedepannya mahasiswa dapat berpikir secara luar dalam tentang semua aspek kehidupan pada umum dan pada khususnya... ... ... seperti contoh tulisan dibawah ini.

MENGAPA... ... ...???

Tidak ada pendidikan murah seperti yang dijanjikan, yang ada hanya ribuan anak putus sekolah

Tidak ada sarana dan prasarana transportasi yang baik, yang ada jalan-jalan rusak yang menyebabkan ongkos transportasi semangkin berat

Tidak ada lapangan kerja yang terbuka bagi semua orang, yang ada pengangguran semangkin meningkat

Tidak ada sarana dan prasarana kesehatan yang murah dan terjangkau, yang ada biaya kesehatan mahal dan tidak terjangkau

Tidak ada lagi hutan yang menahan air dan tanah, yang ada banjir dan bencana yang semangkin meluas

Tidak ada lagi tanah yang subur yang bisa di garap, yang ada hanya hutan yang dikuasai oleh para penguasa yang lebih banyak bersifat sentralistik dan kapitalistik

Tidak ada lagi teknologi rakyat yang bisa menjamin mereka berdaya, yang ada teknologi yang dikuasai dan dimiliiki oleh orang kaya

Tidak ada lagi hukum yang bisa menjadi pegangan rakyat sebagai benteng keadilan, yang ada penegak hukum dan keadilan ditangan pejabat

Tidak ada desa berdaya yang bisa memberikan penghidupan layak bagi warganya, yang ada desa menjadi sarana untuk mengontrol dan menguasai warganya

Korban yang paling merasakan dari ketiadaan diatas bukanlah elit politik atau ekonomi, tetapi kelas rakyat yang paling bawah, Masihkah Kita Harus DIAM...???

Kutipan diatas adalah sebuah pemikiran dangkal yang kalian dapat kembangkan setelah terlaksananya kegiatan PMF XXII nantinya. Dan bukan hanya sekedar duduk dan diam atau tertawa dengan terbahak-bahaknya sambil menonton mereka-mereka yang dalam jepitan penguasa yang selalu merebut atau merampas hak-hak mereka yang menjadi korban bukanlah 200 orang terkaya di indonesia tapi beribu-ribu anak putus sekolah, para petani, nelayan dan buruh atau pekerja kasar di seluruh indonesia KALTIM pada khususnya.

Siapapun yang belum pernah mengikuti Acara sakral PMF, saya tantang anda di PMF (Pembantaian Massal Fahutan) XXII, siapa saja boleh ikut sekalipun mereka adalah anak FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat). Bukan fisik kalian yang akan kami hancurkan, tapi mental-mental bobrok dan jiwa-jiwa penakut kalian yang akan kami bakar sampai hancur menjadi abu. Kami akan menjadikan kalian sebagai kader-kader rimbawan yang kritis dan bijaksana. Karena itu perlu kalian Pahami di dalam kegiatan PMF XXII sangatlah bermanfaat bagi kalian nantinya dan senior bukan mengintervensi kalian, tapi berperan dalam mengayomi; bukan menyatroni, tapi menyantuni; bukan memarahi, tapi membimbing; bukan menjadi gila hormat, tapi agar kalian menjadi teladan; dan iklas tanpa pamrih dalam menolong sesama manusia.

Rasakan apa yang kalian dapat ketika PMF telah usai, yaitu sebuah kebanggaan dan perubahan emosional dan perilaku yang sangat mengesankan walaupun hanya 10-20 orang itu sudah lebih dari cukup, Rimbawan tidah membutuhkan kuantitas tapi kualitas yang dapat di contoh oleh siapapun bahkan mahasiswa manapun itu. Dan semoga semua alat indera kalian pun dapat kalian gunakan se-maksimal mungkin dan bahkan tanpa batas (tapi yang positif lho). Gunakan hati kalian untuk memahami secara mendalam arti dan makna PMF, Gunakan mata kalian untuk melihat sejauh mungkin hasil positif dari kegiatan PMF, gunakan telinga kalian untuk mendengar nyanyian dan tawa kebebasan menjadi seorang RIMBAWAN.

Setiap kehidupan khususnya manusia di bumi ini pasti mendapat ujian dan cobaan yang tidak datang sekali dan dua kali dalam kehidupan, selama hayat di kandung badan maka selama itu cobaan dan ujian akan terus datang menimpa kita bahkan bisa jadi bertubi-tubi terus menerus silih berganti terjadi pada diri kita. Tapi cobaan dan ujian dalam PMF hanya datang sekali seumur hidup yang nantinya akan sangat bermanfaat untuk diri kita sendiri. Tapi, hanya satu kata kunci yang membuat kita tetap menghadapi ujian itu dengan apa yang disebut dengan ketegaran.

Dengan 1 harapan mudah-mudahan apa yang kita dapatkan hari ini akan lebih baik dibanding kemarin, dan insya allah hari esok lebih baik dibandingkan hari ini.

Today is Better than Yesterday and Tomorrow will be Better than today.

Satu hal yang paling penting tidak ada kata terlambat untuk sebuah kepercayaan.Mari bergabung dalam PMF XXII Tahun 2009.

Salam Pemerhati Kampus Hijau

Dhana,03

SEBUAH RENUNGAN DIRI

Hidup ini terkadang keras seperti batu sama halnya dengan kerasnya emosi manusia tetapi di lain sisi kehidupan seperti air yang mengalir tanpa tidak diketahui sampai mana pemberhentian terakhir atau terus mengalir tanpa berhenti, dan di sisi yang lainnya hidup akan menjadi seperti matahari yang menghangatkan seluruh kehidupan di dunia atau entah menjadi apa lagi semuanya tergantung dari manusia itu masing-masing untuk memaknai kehidupannya. Bahkan ada yang menjadikan hidupnya bagaikan dewa kematian di siang bolong yang dapat meluluh-lantahkan semua isi bumi. Dari semua proses kehidupan terkadang manusia selalu lupa siapa diri mereka sebenarnya serta apakah dalam kehidupannya apakah mereka menjadi manfaat bagi orang lain atau mereka menjadi merugikan orang lain yang ada disekitarnya. Mulai saat ini marilah kita berpikir sejenak, di saat kita terbangun dalam kematiannya malam oleh kekuatan sang pencipta alam, apakah kita masih bias menjadi yang bermanfaat bagi orang lain atau tidak?

BANJIR SAMARINDA

Kota Samarinda ... lagi-lagi banjir, disetiap kali hujan. HUH BT deh, Tapi saya mencoba merubah dari sesuatu yang menjengkelkan menjadi sesuatu yang menggembirakan di saat banjir datang. Apa yang saya lakukan ... yah, main perahu-perahuan seperti gambar di atas. Jadi, di ajak senang aja. untuk jadwal banjir berikutnya saya telah siap dengan perahu model buatan terbaru. Banjir akan saya tunggu kedatangan anda berikutnya dan jangan lupa lewat tempat saya ya heheheheh... .