Minggu, 01 Maret 2009

Welcome PMF XXII Tahun 2009

(Baca Teliti dan Tentukan Sikap)

Senang sekali rasanya Penulis dapat kembali menjumpai teman-teman rimbawan melalui tulisan sederhana ini, karena tulisan ini akan mencoba merekam kembali semua ingatan kita dengan apa yang mungkin telah kita lihat dan mengajak kita untuk lebih menghayati dan merasakan secara langsung tentang sesuatu yang semangkin dekat dengan kita semua. Tentang kehidupan para rimbawan fakultas kehutanan di PMF.

Dalam PMF tentunya tidak ada mata kuliah yang kita dapat selama ini di bangku perkuliahan, yang kita peroleh bukan mata kuliah manajemen, matematika, kimia dasar I, pengantar ilmu ekonomi dan lain sebagainya tapi kita akan mendapatkan mata kuliah kehidupan seperti kesabaran, optimisme, ketegaran, kesederhanaan dan kejujuran. Jadi, dalam PMF bukan hanya sekedar menstransfer wawasan dan keterampilan tapi juga menstransfer pengalaman untuk lebih berfikir cerdas luar dalam.

Selalu tidak dapat dilupakan dan tidak dapat di musnahkan dari pikiran Penulis dengan apa yang di ucapkan Bung Karno ”Semuanya JASMERAH” (jangan sekali-kali melupakan sejarah).

S E J A R A H P M F

Bermula dari keingginan beberapa Raka Alumni untuk berkumpul dalam suatu kegiatan diluar waktu akademik dan di alam bebas, maka terbentuklah acara Camping I yang dilaksanakan pada tahun 1974 di Talang Sari Lempake Samarinda. Bertindak sebagai ketua adalah Amirullah B.Sc. Bentuk kegiatannya dibuat sedemikian rupa sehingga acaranya pun benar-benar merupakan kegiatan yang akrab, positif, kreatip dan bermakna ala mahasiswa Fahutan tanpa meninggalkan esensi pendidikan kehutanan itu sendiri.

Visi kegiatan ini semangkin berkembang dalam menciptakan rimbawan sejati dan berkualitas dengan misi pembelajaran dan pembekalan diri khususnya kepada mahasiswa baru yang dikemas dalam ikatan batin Sylva sehingga kegiatan ini sangat mencerminkan kerimbawanan, kebersamaan, keakraban dan sarat pendidikan. Mekanisme kegiatan ini pun sangat demokrasi. Hal ini terlihat dari proses pemilihan ketua pelaksana camping dimana setiap calon ketua pelaksana memaparkan program acara mereka kepada seluruh civitas akademik dan dipilih dalam suara terbanyak.

Kegiatan ini disambut positif oleh Keluarga Besar UNMUL. Mengacu pada visi dan misi serta esensi dan manfaat dari kegiatan ekstrarikuler ini, kegiatan camping ini dijadikan kegiatan sakral tahunan dan merupakan ciri khas dari Fahutan UNMUL. Alhasil, camping dilaksanakan hingga camping XI pada tahun 1984. Pada tahun berikutnya, masih dalam kemasan yang sama, kegiatan khas tahunan ini berganti nama menjadi Field Study dengan Raka Garendel Siboro sebagai ketua pelaksana.

Kegiatan camping ini diganti namanya menjadi PMF (Penyuluhan Massal Fahutan) yang berjalan dari PMF I-IV. Pada tahun 1990 PMF berganti nama menjadi PESTRO, keinginan adanya penyegaran dengan membungkus PMF dalam nama yang berbeda menjadi alasan kepanitiaan Raka Rinaldi Moerad sebagai ketua pelaksana mengganti nama kegiatan fahutan ini. Namun ditahun berikutnya, kegiatan tahunan ini kembali dengan nama PMF VI-VII.

(Sumber: Forestry Magazine. Edisi 8/16.12.2003)

gaya baru yang merampas hak asasi manusia secara langsung maupun tidak langsung. Penulis memutuskan akan mencoba mengingat kembali masa-masa pemboikotan PMF XVII 2003 yang mudahan alur ceritanya dapat dimengerti oleh semua pembaca.Penulis dan teman-teman angkatan 2003 tentunya tidak akan lupa masa-masa pemberontakan untuk menolak kegiatan PMF agar segera dihentikan atau di boikot pada tahun 2003. Karena PMF tidak lain sebuah penjajahan

HAMPIR DI BOIKOT PMF XVII Tahun 2003

Ketakutan demi ketakutan yang mengganggu pikiran setiap MABA 2003 di setiap waktu tanpa berhenti menghantui mereka dari cerita-cerita masa lalu tentang PMF dan begitu banyaknya ancaman yang datang silih berganti di setiap harinya dilengkapi dengan kasus pelecehan sexual yang dijelaskan secara langsung oleh korban dengan asumsi korban dipaksa untuk memegang kemaluan seorang senior yang tidak perlu disebutkan namanya.

Berawal dari sebuah pengajian-pengajian kecil di fahutan bertempat di Jalan P & K Blok E2 malam jum,at (penulis tidak tahu persis tanggal berapa kejadian itu berlangsung) terbitlah sebuah pemikiran yang agak bodoh namun kreatif dengan membuat gerakan bawah tanah bersama untuk memboikot PMF XVII. Tidak beberapa lama di malam itu lahirlah sebuah kesimpulan yang menjadi sebuah keputusan bersama untuk menolak dengan tegas agar kegiatan PMF dihentikan untuk selamanya dan selama-lamanya. Bagi mereka bahwa kegiatan orientasi kampus apapun bentuknya selama masih menggunakan pola-pola seperti ospek tidak akan bisa membentuk apa saja. Sekarang bukan zamannya lagi pengkaderan yang dipenuhi dengan bentakan-bentakan, tradisi-tradisi lama yang tidak bermanfaat dan atribut-atribut yang menghabiskan biaya percuma. Mendingan belajar (katanya mereka).

Sebagai hasil dari perkumpulan tersebut terbitlah sebuah surat keputusan yang dituliskan oleh notulen yang bersifat SEGERA demi terlaksananya pamboikotan PMF XVII dengan 3 rangkap surat keputusan yang berisi persetujuan tanda tangan bagi yang mendukung pemboikotan dimana setiap rangkap terdapat 5 buah kertas A4 dan salah satu dari tiga bukti pemboikotan itu masih tersimpan dengan rapi dalam kamar kotor penulis yang diambil secara diam diam di tiga tahun yang lalu tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya.

Perpecahan kembali terjadi dimana-mana antara senior dengan MABA-03 serta antara MABA Manajemen Hutan A, Manajemen hutan B dan Teknologi Hasil Hutan. Sebagai hasil dari rencana pemboikotan tersebut tidak kurang dan tidak lebih 78 orang MABA 2003 bergabung membuat gerakan secara nyata dengan penanda tanganan persetujuan untuk menolak secara tegas adanya kegiatan PMF XVII 2003 dan PMF seterusnya. Pertanyaannya sekarang adalah, benarkah 78 orang MABA itu ingin menolak PMF…? Ataukah mereka dipaksa untuk menanda tangani Penolakkan PMF tersebut… ?

Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Tapi, ada MABA penghianat diantara mereka dengan harapan pujian kepahlawanan yang gagah berani dari seorang senior. 1 dari 3 rangkap penolakan PMF hilang bersamaan dengan semaraknya proses penanda tanganan yang berlangsung di ruang C1. Selang beberapa menit kemudian senior-senior menyerang dengan emosi dan semangatnya yang berkobar seperti nyala api neraka berlari menuju ruang C1 yang masih berlangsung proses penandatanganan penolakan tersebut. Akhirnya semua senior telah memasuki dan berkumpul di dalam ruang C1, secara perlahan pintu telah tertutup salah seorang dari mereka berteriak ”bagi yang merasa laki-laki segera berdiri kebelakang” Ceeepaaattttt... ... ... Bangsat kalian semua. Dengan wajah pucat bersamaan dengan rasa takut MABA membentuk barisab, bershaf mereka hanya bisa menundukkan kepala mereka tanpa mengeluarkan satu kalimat pun dari mulut mereka masing-masing. Keheningan terjadi beberapa menit. Tiba-tiba terdengar suara lantang seraya berkata ” Jawab siapa yang membuat surat untuk menolak PMF, katakan siapa...? karena tidak ada yang menjawan 4 orang MABA 2003 salah satunya adalah penulis dijorong kebelakang dengan sangat kerasnya oleh seorang senior yang tidak perlu disebutkan namanya. Sampai-sampai Salah seorang senior lainnya pun memukul kepala penulis dengan gulungan beberapa kertas A4 sambil berkata ”Kamu jawab, apakah ini yang dinamakan kekerasan”...? Penulis pun menjawab dengan terpaksa bahwa itu bukanlah tindakan kekerasan. Hari itu adalah satu hari yang paling membosankan dalam kehidupan penulis dan mudahan tidak akan terulang kembali pada MABA Fakultas Kehutanan UNMUL berikutnya dan cukup hanya penulis saja sebagai korbannya.

Yang paling Penulis sesalkan, tersangka yang mencuri 1 rangkap surat pemboikotan PMF sampai belum pernah mengikuti kegiatan PMF sampai saat ini. Dia hanya seorang yang pembual dan omong kosong, pengecut, bahkan penghianat bagi penulis dan 78 orang yang setuju akan penghapusan PMF tersebut. Sekarang orang itu berhenti dari fahutan, bagi penulis dia adalah seseorang provokator yang sangat handal, benar-benar sangat handal.

Akhirnya nasi telah menjadi bubur. Perjuangan sia-sia tapi patut diacungkan jempol kepada 78 orang MABA tersebut karena keberaniannya yang sangat besar. Semoga keberanian itu tidak akan pernah surut dimakan waktu bahkan bertambah besar seperti nyala api unggun di PMF.

Pada tahun 2005 PMF berganti nama lagi menjadi KAWAN (Kemah Rimbawan) dan kembali menjadi PMF kembali pada tahun 2006 sampai saat ini di tahun 2009

PMF (Pembantaian Massal Fahutan) XXII

Pertengahan tahun 2008 antara bulan Januari atau Februari 2009 teman-teman angkatan 2005 akan menjadi panitia dari PMF XXII, walaupun belum ada persiapan yang sangat matang sampai saat ini dalam kegiatan tersebut. Detik-detik kegiatan PMF dalam waktu 2-3 bulan akan banyak sekali kontradiksi (pertentangan) dalam kegiatan ini. Ada senior yang memprovokasi MABA untuk mengatakan tidak untuk kegiatan yang bersifat Neo-Liberalisme (penjajahan gaya baru) tersebut dan ada senior yang memvonis kebebasan MABA untuk mau tidak mau MABA harus ikut titik, serta ada senior yang hanya diam bahkan buta-tuli tidak mau tahu sama sekali dengan kegiatan PMF nantinya.

Mengapa saya mengatakan PMF XXII itu singkatan dari Pembantaian Massal Fahutan dan Bukan seharusnya Penyuluhan Massal Fahutan ? Karena singkatan itulah yang paling dan paling cocok untuk PMF XXII ini. MABA atau siapapun kalian yang akan mengikuti PMF XXII jangan terlalu takut dan lembek, itu hanya sebuah singkatan atau kalimat yang tidak ada menjadi diadakan. Ini bukanlah suatu ancaman diantara dua pilihan, lebih baik sakit empat hari di PMF atau sakit setiap hari selama kalian ada di Fahutan atau bisa juga selama-lamanya. Bukan Fisik yang kami rusak bahkan kami pukul dan tendang jauh-jauh, tapi kami hanya merusak,memukul dan menendang sejauh mungkin ketakutan dan mental bobrok di dalam diri kalian.

Bila kalian tidak mengikuti PMF maka hati dan bathin kalian yang akan tersiksa. Itu semua bukan karena senior, panitia PMF, alumni atau yang lainnya. Tapi itu adalah kesakitan yang dibuat oleh kalian sendiri, ingat kalian sendiri bukan karena orang lain. Percaya atau tidak mereka yang tidak bergabung dalam kegiatan PMF mereka tidak mendapatkan kesegaran mental dan kesegaran pikiran bahkan jiwa mereka miskin.

Rasulullah dalam salah satu hadisnya: ”Orang yang kaya bukan kaya harta atau kaya posisi, tapi orang yang kaya adalah kaya jiwa”.

Jiwa yang seperti apa? Jiwa yang tenang, mental yang segar serta pikiran yang sangat bebas dan kuat.

Banyak sekali saya mendengar Pertanyaan klasik secara langsung ketika MABA bertanya pada senior mereka.

MABA: Abang PMF itu sakit ya? Katanya sampai berdarah-darah begitu.

Senior : Kata siapa PMF itu sakit nyatanya sampai saat ini saya masih hidup, kuat dan sehat-sehat aja.

Sebuah jawaban yang dapat dipuji oleh diri sendiri. Memang secara kasat mata senior yang memberikan jawaban itu masih hidup, kuat dan sehat-sehat saja tapi sebenarnya tidak bagiku. Mereka telah mati, bobrok seperti kerupuk melempem dan tidak sehat. Semangat Mahasiswa mereka telah padam dengan ketakutan-ketakutan masa-lalu diantara penindasan yang terjadi di PMF mereka. Dan hanya beberapa orang saja yang mampu bertahan dengan segudang aktivitasnya bahkan lebih. Jadi ... ... ...

Pelajaran di dalam PMF XXII nantinya peserta akan belajar mata kuliah kehidupan seperti kesabaran, optimisme, ketegaran, kesederhanaan dan kejujuran, serta mata kuliah untuk saling tolong menolong sesama manusia Agar kedepannya mahasiswa dapat berpikir secara luar dalam tentang semua aspek kehidupan pada umum dan pada khususnya... ... ... seperti contoh tulisan dibawah ini.

MENGAPA... ... ...???

Tidak ada pendidikan murah seperti yang dijanjikan, yang ada hanya ribuan anak putus sekolah

Tidak ada sarana dan prasarana transportasi yang baik, yang ada jalan-jalan rusak yang menyebabkan ongkos transportasi semangkin berat

Tidak ada lapangan kerja yang terbuka bagi semua orang, yang ada pengangguran semangkin meningkat

Tidak ada sarana dan prasarana kesehatan yang murah dan terjangkau, yang ada biaya kesehatan mahal dan tidak terjangkau

Tidak ada lagi hutan yang menahan air dan tanah, yang ada banjir dan bencana yang semangkin meluas

Tidak ada lagi tanah yang subur yang bisa di garap, yang ada hanya hutan yang dikuasai oleh para penguasa yang lebih banyak bersifat sentralistik dan kapitalistik

Tidak ada lagi teknologi rakyat yang bisa menjamin mereka berdaya, yang ada teknologi yang dikuasai dan dimiliiki oleh orang kaya

Tidak ada lagi hukum yang bisa menjadi pegangan rakyat sebagai benteng keadilan, yang ada penegak hukum dan keadilan ditangan pejabat

Tidak ada desa berdaya yang bisa memberikan penghidupan layak bagi warganya, yang ada desa menjadi sarana untuk mengontrol dan menguasai warganya

Korban yang paling merasakan dari ketiadaan diatas bukanlah elit politik atau ekonomi, tetapi kelas rakyat yang paling bawah, Masihkah Kita Harus DIAM...???

Kutipan diatas adalah sebuah pemikiran dangkal yang kalian dapat kembangkan setelah terlaksananya kegiatan PMF XXII nantinya. Dan bukan hanya sekedar duduk dan diam atau tertawa dengan terbahak-bahaknya sambil menonton mereka-mereka yang dalam jepitan penguasa yang selalu merebut atau merampas hak-hak mereka yang menjadi korban bukanlah 200 orang terkaya di indonesia tapi beribu-ribu anak putus sekolah, para petani, nelayan dan buruh atau pekerja kasar di seluruh indonesia KALTIM pada khususnya.

Siapapun yang belum pernah mengikuti Acara sakral PMF, saya tantang anda di PMF (Pembantaian Massal Fahutan) XXII, siapa saja boleh ikut sekalipun mereka adalah anak FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat). Bukan fisik kalian yang akan kami hancurkan, tapi mental-mental bobrok dan jiwa-jiwa penakut kalian yang akan kami bakar sampai hancur menjadi abu. Kami akan menjadikan kalian sebagai kader-kader rimbawan yang kritis dan bijaksana. Karena itu perlu kalian Pahami di dalam kegiatan PMF XXII sangatlah bermanfaat bagi kalian nantinya dan senior bukan mengintervensi kalian, tapi berperan dalam mengayomi; bukan menyatroni, tapi menyantuni; bukan memarahi, tapi membimbing; bukan menjadi gila hormat, tapi agar kalian menjadi teladan; dan iklas tanpa pamrih dalam menolong sesama manusia.

Rasakan apa yang kalian dapat ketika PMF telah usai, yaitu sebuah kebanggaan dan perubahan emosional dan perilaku yang sangat mengesankan walaupun hanya 10-20 orang itu sudah lebih dari cukup, Rimbawan tidah membutuhkan kuantitas tapi kualitas yang dapat di contoh oleh siapapun bahkan mahasiswa manapun itu. Dan semoga semua alat indera kalian pun dapat kalian gunakan se-maksimal mungkin dan bahkan tanpa batas (tapi yang positif lho). Gunakan hati kalian untuk memahami secara mendalam arti dan makna PMF, Gunakan mata kalian untuk melihat sejauh mungkin hasil positif dari kegiatan PMF, gunakan telinga kalian untuk mendengar nyanyian dan tawa kebebasan menjadi seorang RIMBAWAN.

Setiap kehidupan khususnya manusia di bumi ini pasti mendapat ujian dan cobaan yang tidak datang sekali dan dua kali dalam kehidupan, selama hayat di kandung badan maka selama itu cobaan dan ujian akan terus datang menimpa kita bahkan bisa jadi bertubi-tubi terus menerus silih berganti terjadi pada diri kita. Tapi cobaan dan ujian dalam PMF hanya datang sekali seumur hidup yang nantinya akan sangat bermanfaat untuk diri kita sendiri. Tapi, hanya satu kata kunci yang membuat kita tetap menghadapi ujian itu dengan apa yang disebut dengan ketegaran.

Dengan 1 harapan mudah-mudahan apa yang kita dapatkan hari ini akan lebih baik dibanding kemarin, dan insya allah hari esok lebih baik dibandingkan hari ini.

Today is Better than Yesterday and Tomorrow will be Better than today.

Satu hal yang paling penting tidak ada kata terlambat untuk sebuah kepercayaan.Mari bergabung dalam PMF XXII Tahun 2009.

Salam Pemerhati Kampus Hijau

Dhana,03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar